This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 31 Maret 2019

Tujuh Tentera Thailand Cedera Dalam Serangan Letupan Bom di Wilayah Narathiwat


Narathiwat – Pihak tentera Thailand melakukan sasatan di kawasan letupan bom, sasatan ini dilakukan di kawasan lalu lintas jalan raya Tempat 1 Muqim Riko Daerah Sungai Padi Wilayah Narathiwat, pada (30/03/2019).

Laporan dari pihak tentera Thailand mengatakan, letupan bom terjadi sebanyak 3 kali dengan waktu dan jarah yang berbeza.

Letupan bom terjadi keatas dua buah kereta tentera Thailand, menyebabkan mangsa 7 orang cedera, mangsa yang cedera adalah tentera Thailand bahagian pemeriksaan bom (EOD).

Saat ini, mangsa yang cedera sedang mendapatkan rawatan di hospital Wilayah Narathiwat.

Demikian, ketua tentera Thailand yang mengawasi wilayah Selatan Thai mengadakan lawatan di hospital untuk melihat dan memberikan sagu hati kepada mangsa yang cedera dalam letupan bom.

Keterangan kawasan dan waktu kejadian :-

1. Kawasan Cerae Tempat 1 Muqim Riko Daerah Sungai Padi Wilayah Narathiwat, pukul 10:40 am.
2. Kawasan Cerae Tempat 1 Muqim Riko Daerah Sungai Padi Wilayah Narathiwat, pukul 12:20 pm.
3. Kawasan Cerae Tempat 1 Muqim Riko Daerah Sungai Padi Wilayah Narathiwat, pukul 12:30 pm.

Keterangan nama-nama mangsa :-

1. Sanachai Chitrapet (cedera).
2. Wititchai Rotlae (cedera).
3. Wittiya Chupra (cedera).
4. Sakon Mae (cedera).
5. Prason Senlat (cedera).
6. Warewut Sannat (cedera).
7. Sucau Klongyot (cedera).

Sumber : Media Informasi News (MIN).





Mahkamah Menjatuhkan Hukuman Penjara Keatas 12 Orang Warga Sipil Patani


Yala - Pihak mahkamah menjatuhkan hukuman penjara Keatas 12 orang warga sipil Patani (Thailand Selatan), hukuman ini di keluarkan oleh hakim di mahkamah kawasan Daerah Muang Wilayah Yala, pada (27/03/2019), pukul 09:00 am.

Laporan dari pihak Mahkamah mengatakan, ada 12 orang warga sipil Patani (Thailand Selatan) yang akan di penjara, ada yang di penjaran 2 tahun, 10 tahun, dan 11 tahun.

Mereka ditangkap kerana di syaki sebagai perlaku pembakaran keatas sebuah bas, menyebabkan bas tersebut musnah terbakar, kejadian ini berlaku di kawasan lalu lintas jalan raya Daerah Benang Star Wilayah Yala, pada (18/12/2017).

Setelah dari kejadian pembakaran bas, pihak tentara Thaialnd melakukan operasi secara besar-besaran keatas beberapa perkampungan warga sipil Patani (Thaialnd Selatan).

Dalam operasi tersebut, tentara Thailand menangkap seramai 37 orang warga Patani (Thailand Selatan), pada (04-19/01/2018).

Operasi besar-besaran yang lakukan, dengan tujuan untuk menangkap sesiapa yang di syaki oleh tentara Thailand sebagai perlaku dalam kejadian tersebut.

Organisasi Hak-hak Asasi Internasional Human Right Watch HRW pernah mengatakan, kekerasan di Patani terjadi sejak 1960, akibat sikap pemerintah terhadap warga Muslim.

HRW pernah merekomendasikan agar pemerintah Thailand bersikap adil dengan menghukum pejabat atau aparat yang melakukan tindak pelanggaran HAM. Pemerintah juga harus memperbaiki sistem pendidikan, ekonomi, kesehatan dan pelayanan publik lainnya.

Sumber : Media Informasi News, dan Indonesiainside.id



Anak-anak Palestina Alami Siksaan Berat di Penjara Israel

Pada 27/03/2019 - Lembaga yang fokus menangani penjara, Palestinian Prisoners’ Club (PPC) Qaddoura Fares mengatakan, lebih dari 220 anak-anak Palestina di bawah umur berada di penjara-penjara Israel, termasuk delapan anak perempuan.

“Penggerebekan Israel untuk menahan anak-anak Palestina dilakukan setiap hari,” kata Fares, seperti yang dikutip Memo, Selasa (26/03/2019). Fares dalam pernyataannya mengungkapkan bahwa anak-anak Palestina di bawah umur menjadi sasaran penyiksaan berat oleh pasukan penjajah dan interogator Israel.

Selain itu, ia menekankan bahwa anak-anak Palestina menderita “kondisi yang keras dan tidak manusiawi” di penjara-penjara Israel.

“Penjara, tempat anak-anak ditahan, tidak memiliki kriteria internasional untuk hak anak-anak dan tahanan,” kata Fares.

“Mereka menderita kekurangan makanan, kebersihan, ventilasi dan penerangan yang layak, serta dari serangan penyakit, dan kurangnya perawatan medis. Mereka juga menderita karena kurangnya pakaian yang layak,” tambanya.

“Mereka benar-benar terputus dari dunia luar, tidak ada kunjungan keluarga, tidak ada pekerja sosial dan ditahan dengan tahanan lama. Penjahat Israel yang memukuli mereka dan melakukan pelecehan seksual terhadap mereka.” tutup Fares

Sumber : duniaekspress.com, 26 Maret 2019.

Sabtu, 30 Maret 2019

Bangsa Perak dan Pejuang Pattani 1948

1) Perak @ Haji Abdul Rahman

Peristiwa Dusun Nyior (Narathiwat), Thailand,telah berlaku pada  26 April 1948 akibat tindakan polis Siam yang menyerang secara membabi buta umat Islam seramai 60 /80 orang  yang sedang berkumpul di Surau Kampung Teka, Dusun Nyior atas tuduhan ingin menggulingkan kerajaan.

Serangan polis Siam tersebut menyebabkan ratusan umat Melayu Pattani bangun melawan polis Siam. Seramai 400- 600 umat Melayu mati syahid dalam kebangkitan ini.  Manakala 30 orang polis Siam terkorban.

Perlawanan/ Kebangkitan ini menurut Mohd. Zamberi A.Malek diketuai oleh Tuk Perak atau Haji Abdul Rahman yang berasal dari Perak. Kemungkinan besar dari daerah Hulu Perak, Pengkalan Hulu@ Kroh, Gerik mahupun Kampung Belum yang tidak jauh dengan Kampung Dusun Nyior.

2) Ahmad Boestamam

Dalam buku "Dr.Burhanuddin Putera Setia Melayu Raya,", Ahmad Boestamam menulis bahawa setelah pengharaman PKMM dan sayap pemudanya Angkatan Pemuda Insaf( API) pada tahun 1948, dia bertemu dengan  Mohd Amin, anak Tuan Guru Haji Sulung di Taiping.

Setelah berbincang dan bertukar pendapat, Ahmad Boestamam setuju untuk menghantar  puluhan anggota API untuk berjuang di Pattani.

Semua mereka akan berkumpul di Padang Rengas pada mulanya, kemudian akan berangkat ke Gerik dan akhirnya menunggu kedatangan utusan Pejuang Pattani  di Kampung Lalang, Baling, Kedah.

Tapi setelah menunggu seminggu di dalam hutan, utusan yang dijanjikan tidak kunjung tiba, akhirnya semua mereka pulang dengan linangan air mata.

Angkatan mereka terpaksa dibubarkan.

Sumber : revolusimelayubaru.blogspot.com, 19 Maret 2019.

Guru Al-Fadani : Syekh Ibrahim Ibn Daud Al-Fathani

Kepakaran Syaikh Ibrahim ibn Daud al-Fathani dalam berbagai disiplin ilmu agama, terutama bidang tafsir telah mengantarkannya sebagai salah seorang pengajar di Masjidil Haram, menggantikan pamannya, Syaikh Muhammad ibn Abdul Qadir al-Fathani. Pengajiannya ramai akan thalabah yang berdatangan, terlebih dari kalangan Melayu (Jawi). Tidak bosan-bosannya santri Jawi mengunjungi halaqahnya sebab penyampaian materinya tidak membuat jemu bagi yang mendengarnya.

Syaikh Ibrahim al-Fathani lahir kota suci Makkah pada 1320 H/1902 M. Ia merupakan putra dari Syaik Daud ibn Abdul Qadir ibn Abdullah ibn Idris al-Fathani. Jika diruntut, nasabnya masih bertemu dengan Syaikh Daud ibn Abdullah al-Fathani, salah seorang ulama Patani (Thailand) yang masyhur dengan kealimannya yang menjadi salah satu pengajar di Masjidil Haram dan mempunyai banyak karya, baik berliteratur Arab maupun Jawi. Titik temunya tersebut bertemu di Syaikh Abdullah ibn Idris al-Fathani.

Lingkungan yang ditempati Syaikh Ibrahim al-Fathani dikenal penuh dengan keilmuan dan kereligiusan. Ayahnya, Syaikh Daud al-Fathani sangat memperhatikan masalah pendidikannya sejak usia dini. Dimasukkanlah ia di di kuttab (madrasah al-Qur’an) yang diasuh oleh Sayyid Husein al-Maliki. Sering sekali ia diajak sang guru untu bertawaf di Masjidil Haram dan menghadiri halaqah para ulama yang mengajar di serambi Makkah. Di kuttab yang diasuh oleh Syaikh Husein al-Maliki, Syaikh Ibrahim al-Fathani telah menghafalkan al-Qur’an 30 juz secara tuntas. Sang guru sangat puas dengan prestasinya. Ia termasuk salah satu murid andalannya.

Setelah menghafalkan al-Qur’an, Syaikh Ibrahim al-Fathani melanjutkan belajarnya di Madrasah al-Hasyimiyyah selama 5 tahun. Kemudian, ia fokus menghadiri halaqah keilmuan yang diselenggarakan di Masjidil Haram, di antara syaikhnya adalah Syaikh Muhammad ibn Abdul Qadir al-Fathani (pamannya), Syaikh Muhammad Ali ibn Husein al-Maliki, Syaikh Said ibn Muhammad al-Yamani, Syaikh Hasan ibn Said al-Yamani, Syaikh Muhammad Yahya Aman, Syaikh Isa ibn Muhammad Rawas, Syaikh Umar Hamdan al-maHrusi, Syaikh Umar ibn Abu Bakar Bajunaid, Syaikh Abbas ibn Abdul Aziz al-Maliki, Syaikh Muhammad Habibullah al-Sinqithi, Syaikh ‘Ais al-Fardhi, Syaikh Ahmad Abdullah Nadhirin, dan Syaikh Muhammad Amin al-Kutbi.

Dengan penuh ketekunan Syaikh Ibrahim al-Fathani mempelajari ilmu yang sudah ditransmisikan kepadanya. Ditopang dengan al-Qur’an yang sudah dihafalkannya, ia dapat mengkaji ilmu tafsir dan fikih dengan mendalam sebab dalil atau hujjah utamanya sudah dikuasai. Oleh sebab itu, saat pamannya, Syaikh Muhammad Abdul Qadir wafat, ia ditunjuk penguasa Haramain untuk menggantikan posisinya dalam mengajar di Masjidil Haram. Peristiwa ini terjadi pada 1350 H/1931 M. Wadifah itu berlanjut hingga akhir hayatnya. Tempat pengajiannya berada di Bab al-Salâm dan Bab al-Nabi serta di Serambi antara Bab al-Salâm dan Qayatabi. Masanya setelah Magrib dengan materi spesial yaitu tafsir al-Qur’an dan fiqih. Selain itu, ia juga mengajar Gramatika Arab, ushul fiqih, dan Hadist seperti kitab Takhrîj al-Furu’ ‘alâ al-Ushûl dan kitab Riyâdhu al-Shâlihîn.

Karena takut kajiannya akan membuat bosan thalabahnya, maka Syaikh Ibrahim al-Fathani menyelingi dengan sebuah nasehat dan petunjuk, serta cerita-cerita yang mengandung hikmah. Ia mengupayakan materi yang disampaikan akan kedengaran mudah. Semua itu dikerjakannya dengan penuh keikhlasan dan amanah. Jika dirasa masih ada materi yang belum dipahami oleh muridnya, maka ia tidak akan berpindah ke pembahasan yang lain. Ia mempersilahkan kepada mereka untuk bertanya dan pertanyaan tersebut akan dijawabnya dengan penuh tanggung jawab. Dengan metode seperti ini, maka tidak mengherankan jika murid-muridnya banyak yang menjadi alim di antaranya adalah Syaikh Yasin ibn Isa al-Fadani dan Syaikh Abdul Wahhab IBRAHIM.

Meskipun jasad Syaikh Ibrahim al-Fathani berada di Haramain, namun ia sangat memperhatikan tanah leluhurnya, yaitu Malaysia. Beberapa kali ia mengunjungi Malaysia untuk tujuan dakwah dan meniupkan semangat dalam menyebarkan agama Allah. Selain Malaysia, negara yang pernah dikunjunginya adalah Hindia.

Syaikh Ibrahim al-Fathani sangat akrab dengan ulama Melayu yang bermukim di Haramain seperti Syaikh Muhsin ibn Ali al-Palimbani, Syaikh Muhaimin al-Lasemi, Syaikh Zubair ibn Ahmad al-Filfulani, Syaikh Ahmad al-Qisthi, Syaikh Husein ibn Abdul Ghani al-Palimbani, dan Syaikh Yasin ibn Isa al-Fadani. Ketika akhâbiru (pembesar) ulama Melayu, khususnya Indonesia mendirikan Madrasah Dar al-Ulum pada 16 syawwal 1352, Syaikh Ibrahim al-Fathani diminta untuk ikut serta dalam mengajar di dalamnya. Dengan senang hati ia mengabulkan permintaan tersebut. Madrasah Dar al-Ulum didirikan disebabkan ada salah satu pelajar dari Nusantara dicaci maki oleh salah seorang syaikh di Madrasah Shaulathiyyah sebab membaca koran yang berbahasa Melayu. Karena menyangkut-nyangkut nama kebangsaan Indonesia, maka pembesar ulama Indonesia sepakat menarik semua syaikh dan siswa yang belajar di Shaulathiyyah untuk pindah di Dar al-Ulum. Ulama yang didaulat sebagai mudir pertamanya adalah Syaikh Muhsin ibn Ali al-Palimbani.

Syaikh Ibrahim al-Fathani tidak hanya mengajar di Masjidil Haram dan Madrasah Dar al-Ulum. Ia juga mempunyai wadifah mengajar di Ma’had al-Ilmiyyi al-Sa’udiyyi, kediaman Syaikh Husein ibn Ali al-Maliki, dan di Madrasah Tahdhir al-Bi’stat.

Jika dirasa masih kurang puas dengan keterangan ilmu yang disampaikan Syaikh Ibrahim al-Fathani selama mengajar di sebuah majlis, maka sebagian thalabahnya terkadang mendatangi kediamannya untuk bertanya. Rumahnya terbuka untuk umum sebagai tempat berlabuh untuk mendikusikan masalah agama, baik yang datangnya dari muridnya atau masyarakat umum. Ia sering dimintai fatwa untuk menghilangkan ganjalan-ganjalan atas problematika yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Dengan senang hati Syaikh Ibrahim al-Fathani akan melayani permintaan tersebut.

Jika tugasnya mengajar dan melayani masyarakat sudah selesai, maka Syaikh Ibrahim al-Fathani menggunakan sela-sala waktunya untuk mengarang sebuah kitab. Ia tergolong ulama yang produktif. Di antara karya tulis yang dihasilkannya adalah Nahj al-Burdah, kitab al-Faraidh, Tafsîr al-‘Asyar min al-Qur’ani al-Karîm, Syarah Riyâdu a-Shâlikin (belum sempurna), dan Nadzam Ishtilahat al-Minhhaj fi Hikâyati al-Khilâf.

Nama Syaikh Ibrahim al-Fathani yang semakin mengembang membuat jadwal dakwahnya semakin memadat. Ia ditawari untuk mengisi acara dakwah di radio milik pemerintah Saudi Arabia dengan kajian ilmu Hadist dan tafsir. Beberapa kali ia diminta untuk menulis di majalah. Ia pernah menulis syair sebanyak 50 judul yang isinya menyayat hati pembacanya.

Kecintaan Syaikh Ibrahim al-Fathani terhadap ilmu, menumbuhkan hobi untuk mengumpulkan beberapa karya tulis dari berbagai jenis kajian. Ia mempunyai perpustkaan khusus yang di dalamnya berisi banyak kitab. Kitab-kitab koleksinya tersebut diwakafkan di maktabah universitas Umm al-Qura menjelang kewafatannya. Ia kembali ke Rahmatullah pada hari Selasa 13 Sya’ban 1413 H/1992 M.

Oleh :  Amirul Ulum, Khodim Ulama Nusantara Center
Sumber : LADUNI.ID

Jalan Terus Agenda “Penyelesaian Konflik Patani”

Masalah proses pembicaraan “perdamaian” di wilayah perbatasan selatan atau Patani setelah mendapat pemerintahan baru yang terpilih dalam pemilu harus maju menempatkan masalah pembicaraan dengan Majelis Amanat Rakyat Patani (MARA Patani). Tetapi harus menunggu langkah prosedur untuk mengangkat perdana menteri ke-30 Thailand, mungkin di sekitar bulan Juni nanti.

Di anggap menjadi persoalan utama bagi PM baru Thailand harus kunjungi setiap bangsa dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau lebih populer dengan sebutan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) untuk memperkenalkan diri sebagai ketua negara anggota ASEAN. Salah satunya adalah pergi bertemu dengan Dr. Mahathir Mohamad PM Malaysia dalam hal berdiskusi menekankan tentang berjalan terus dalam perkara saling membantu bersama untuk menyelesaikan masalah konflik di Patani yang telah lama.

Sejak tahun 2019, Negara Thailand bertanggung jawab sebagai ketua ASEAN yang mengundang semua masyarakat Thailand menjadi tuan rumah yang baik, bersama itu akan menentukan hari pelaksanaan rapat bersama para pemimpin negara tingkat ASEAN pada bulan Juni mendatang, dan sekali lagi di bulan November tahun ini. Sebagai pemimpin ASEAN mesti harus berjalan terus untuk mewujudkan perdamaian dan stabilitas untuk menjamin keamanan warga ASEAN.

Maka itu pemerintah Thailand berharap bahwa dimensi dari masalah perbatasan selatan kemungkinan akan menjadi contoh negosiasi yang mengalami kemajuan di tingkat yang menyentuhkan lebih banyak soal “perdamaian”.

Pemerintah baru mungkin bukan penyihir yang akan membuat semuanya berakhir dengan damai dalam semalam. Namun, demikian harus siap membuat dilihat berusaha yang akan mencapai hasil sebanyak mungkin. Semuanya akan terus berjalan terus secara bertandingan. Sementara Thailand berada dalam masa perubahan politik tapi dalam tingkat pekerjaan di wilayah konflik terutama pasukan tentara angkatan darat divisi 4, Letnan Jenderal Pornsak Poolswat sebagai komandan telah bertindak mengkoordinir tugas dengan Jenderal Udomchai Thammasaroraj sebagai ketua delegasi pembicaraan damai Thailand.

Pada 21 Maret yang lalu, pemerintah diadakan rapat segi praktis di hotel Park View Risort, distrik Muang, Provinsi Pattani menghadiri berbagai sektor masyarakat berpartisipasi dalam pertemuan kegiatan workshop. Komandan tentara angkatan darat divisi 4 mengatakan dalam rapat bahwa untuk masalah di wilayah perbatasan selatan harus membicarakan dengan mengumpulkan berbagai informasi yang menjadi kebutuhan dari masyarakat di kawasan tersebut yang sebenarnya, adanya semua sekitar 290 daerah. Dengan demikian untuk membuat pemahaman yang pihak petugas keamanan harus membuka ruang bagi masyarakat dapat berbicara menyampaikan pendapat mereka secara lebih luas untuk menerima informasi itu.

Hal senada yang diungkapkan oleh Jenderal Udomchai mengatakan bahwa terlepas ini diadakan pembicaraan dengan wakil kelompok MARA Patani, dan Malaysia berstatus sebagai fasilitator, pembicaraan dengan kelompok perbedaan pendapat itu harus membuka ruang keamanan, berbicara dengan semua kelompok yang memiliki pendapat yang berbeda, dirinya percaya bahwa perbedaan pendapat bukanlah masalah.

Yang menarik dan sesuai, bagi polisi kolonel Thawi Sodsong mantan sekretaris jenderal Southern Border Province Administrasi Center (SBPAC), saat ini menjabat sebagai sekretaris jenderal partai prachachat mengatakan sebelum datangnya hari pemilu 24 Maret yang lalu, diantara partainya sedang berkampanye di lapangan olahraga, distrik Yaring, Provinsi Pattani, ia mengajak semua masyarakat meninjau bahwa jika melihat inti daripada pembicaraan saat itu hanya mengangkat masalah pembicaraan mengenai persoalan proses menyelesaikan masalah konflik di wilayah perbatasan selatan dengan konten yang harus digarisbawahinya.

Thawi menambahkan bahwa proses penyelesaian masalah “konflik Patani” terdapat banyak pihak yang memberikan solusi tetapi ingin untuk mereka terlibat lebih banyak dalam proses penyelesaian masalah ini. Setiap orang adalah warganegara Thailand. Walaupun memiliki pendapat pikiran yang berbeda, keyakinan, budaya, adat istiadat, dan agama tetapi semua adalah saudara. Namun, di sini mempunyai salah satu cara untuk bisa menyelesaikan masalah adalah pembicaraan untuk perdamaian bersama mendorong melahirkan perubahan daripada kekerasan menuju proses secara damai yang harus ada baik cara pemulihan dan kenyamanan.

Mantan Sekjen SBPAC mencoba memfokuskan untuk dilihat dengan jelas bahwa penerapan multikultural di wilayah ini bisa menyelesaikan semua persoalan di wilayah konflik itu, karena multikultural adalah sebagian besar yang tidak bisa dari satu kebudayaan mendominasi ke atas kebudayaan yang lain dan memaksa untuk mengikuti pada salah satunya sahaja, jika tidak seperti itu akan membawa kepada menimbulkan masalah perselisihan, semua harus memiliki hak yang setara, tidak kira perempuan atau laki-laki semua mempunyai hak yang sama.

Akhirnya, dia membuat kesimpulan bahwa “peristiwa kerusuhan di wilayah perbatasan selatan bukan hanya masalah dari orang tiga wilayah sahaja tetapi adalah masalah negara, maka proses penyelesaian harus dari setiap pihak dan sebagai agenda negara.

Maka itu, mungkin akan menjadi pertimbangan bagi pemerintahan baru bahwa ia akan meletakkan kepentingan dengan agenda “penyelesaian konflik Patani” berada di posisi mana yang lebih baik untuk tidak berlarut-larut lama lagi.

Sumber : TUNAS Online, 30 Maret 2019.
Photo : Ilustrasi/REAL Frame.

Jumat, 29 Maret 2019

Menolak Lupa : Genap 2 Tahun Penembakan Yang Dilakukan Oleh Tentera Thailand Keatas 2 Orang Warga Sipil Patani (Thailand Selatan).

NARATHIWAT – Meningat kembali peristiwa penembakan yang dilakukan oleh tentera Thailand keatas 2 orang warga sipil Patani, kejadian ini berlaku di kawasan lalu lintas jalan raya Tebing Lutut Tempat 8 Koksato Daerah Resak Wilayah Narathiwat, pada (29/03/2017), pukul 13:30 pm.

Laporan dari masyarakat tempatan mengatakan, pihak tentera Thailand melakukan operasi dan menahan sebuah kereta milik warga sikil, serta tentera Thailand melancarkan penembakan keatas 2 orang warga sipil Patani, menyebabkan mangsa maut ditempat.

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan kepada mereka dan mereka bergembira hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang mereka yang belum menyusul, bahawa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati .” (Ali Imran: 169-170)

Sebalik dari kejadian penembakan ini, tentera Thailand menfitnah dan mengatakan mereka yang ditangkap itu ingin melakukan penembakan keatas tentera Thailand, sedangkan kejadian yang sebenar adalah penembakan dilakukan oleh tentera Thailand keatas mereka.

Wahai para pejuang Patani jangan enkau merasa sendirian, kami bangsa melayu Patani bersama-sama para pejuangan Patani untuk menegakkan kebenaran yang terjadi di Patani.

Keterangan nama-nama mangsa, (1) Ismail Hamat usia 28 tahun (gugur shahid), (2) Asan Husen usia 30 tahun (gugur shahid).

Al-Fatihah...

Sumber : Media Informasi News (MIN).
Photo : Penderitaan Rakyat Patani.





Khazanah Masuk Islam Patani

Sejarah mencatat, masuknya Islam di Thailand sedikit berbeda dengan perjalanan Islamisasi di negara Asia Tenggara lain. Kawasan Patani bersentuhan dengan Islam bukan oleh pedagang dari Malaka.

Patani diduga mengenal Islam bersamaan dengan masuknya Islam ke Malaka. Terdapat kesultanan yang masyhur di Patani, yakni Patani Darussalam.

Bahkan, menurut Peneliti Puslitbang Kementerian Agama, Syaukani, banyak ulama Asia Tenggara, termasuk Indonesia, yang berasal dari Patani. Kerajaan Islam Patani pernah menjadi kekuatan besar dan pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara.

Meski demikian, Patani tak memiliki peran sebesar Malaka dalam proses penyebaran Islam di Asia Tenggara.

Menurut pakar sejarah Universitas Indonesia, Bondan Knumayoso, Patani sebenarnya bukanlah kerajaan kecil dibandingkan Malaka. Namun, sejarah Patani seakan terlupakan karena mengalami kejatuhan dan harus bergabung dengan Kerajaan Siam dalam satu kesatuan Thailand.

“Patani memainkan peran sebagai kota pelabuhan, pintu gerbang perdagangan Asia Tenggara. Dalam jaringan penyebaran Islam di Asia Tenggara, Patani juga memainkan peranan strategis. Kemudian, terjadi perubahan karena datangnya orang Eropa. Patani merosot dan hilang karena kekuatan kolonial,” papar Bondan.

Setelah orang Eropa datang, perlahan tapi pasti seluruh jaringan perniagaan sentral di Asia Tenggara menjadi milik mereka.

Sejarah Patani pun terlupakan, padahal pernah menjadi kota pelabuhan penting bagi Islam.

“Banyak ulama dari Patani, tak tahu pasti jumlahnya berapa. Tapi, saya kira, dulu ulama selain orang Arab, Campa, juga ada dari Patani,” jelas pakar sejarah Universitas Indonesia, Bondan Knumayoso.

Wilayah Patani di Thailand Selatan, menurut Bondan, merupakan bagian dari Melayu. Namun, dalam perkembangan pembentukan negara Thailand, kawasan tersebut diakui sebagai bagian dari Thai.

Padahal, identitas mereka sebagai masyarakat Melayu sudah terbangun sejak abad ke-14-15. Dampaknya, hingga kini Patani pun menjadi minoritas di Thailand, sama halnya dengan Moro di Filipina dan Rohingya di Myanmar.

Penyatuan tanpa memandang sejarah kawasan, budaya, dan keinginan etnis yang bersangkutan menjadi penyebab timbulnya masalah di tengah kondisi Islam di Asia Tenggara yang damai tanpa hiruk-pikuk peperangan ataupun kekerasan.

“Mengapa budaya beda, agama beda, tetap mempertahankannya bersatu. Akhirnya konflik berkembang hingga sekarang,” kata Bondan.

Hal seperti itu, lanjut dia, juga pernah dialami Indonesia ketika menghadapi Timor Timur. Budaya dan agama berbeda sehingga terus menimbulkan konflik berkepanjangan. “Hingga akhirnya dengan proses yang berat ,Timor Timur pun dilepas.”

Sumber : TUNAS Online, 29 Maret 2019.
Photo : Ilustrasi/new mandala.

Dua Tahun Belum Terungkap, Pembunuhan Pemuda Patani di Resak, Narathiwat

Dua tahun berlalu, misteri pembunuhan yang menewaskan Asan Husen (30) dan Ismail Hama (28), tak kunjung terkuak. Dua pemuda asal Patani itu ditembak tewas di distrik Resak, Provinsi Narathiwat, Rabu (29/3/2017).

Dua pemuda ini jelas kematiannya akibat dari penembakan tentara Thailand. Salah satu saki, anak usia 15 tahun yang merupakan adik daripada Ismail (almarhum) yang ikut dalam rombongan saat itu, dia menolak pernyataan dari pemerintah tentara yang mengatakan terjadi pertempuran.

Dikutip Media Wartani, remaja tak mau disebut namanya itu mengungkapkan bahwa peristiwa penembakan terjadi saat itu bukanlah keadaan pertempuran antara aparat dengan kakaknya, sebab "abang tak melawan.”

“Abang dan kawannya tak bawa senjata,” kata adik almarhum saat diwawancarai oleh Media Wartani di rumahnya.

Namun tetap saja pihak tentara itu beralasan bahwa, menembak kedua korban saat itu terjadi bentrok pertempuran hingga mereka terbunuh.

Pemerintah mengukuhkan, dari Direktur Internal Security Operations Command (ISOC) memberikan pernyataan kepada publik saat itu bahwa dua korban ini melibatkan dalam kasus pembunuhan terhadap wakil kepala Desa di distrik Resak, yang menyebabkan 4 orang tewas, tanggal (2/3/2017).

Kendati, salah seorang pengacara muslim dari lembaga bantuan hukum, Muslim Attorney Centre (MAC) yang bertanggung jawab pada kasus pembunuhan di luar hukum (exstra judicial killing) mengatakan bahwa kasus ini tak bisa bertindak lanjut karena ada beberapa faktor diantaranya, karena pembuktian tidak kuat dan keluarga dari pihak korban tak mau mendakwa untuk proses peradilan disebabkan juga ada faktor tekanan dan ancaman dari pemerintah.

“Ini ada tekanan dari pemerintah kepada keluarga pihak korban,” tambahnya.

“Sampai sekarang kasus ini hanya tinggal kenangan pahit, sementara pihak keluarga korban memilih diam,” kata pengacara muslim yang bertugas di wilayah konflik itu.

Meskipun itu tidak ada tuntutan lagi dari pihak keluarganya. Kasus yang belum terpecahkan itu seolah menjadi catatan hitam bagi masyarakat Patani, dan tidak akan pernah dilupakan begitu saja.

Almarhum, baru setahun pulang ke tanah kelahirannya setelah menyelesaikan studi dari Indonesia dan sehari-hari bekerja sebagai guru dan mengajar di sebuah sekolah.

Dalam peristiwa kali ini yang lebih parahnya, anak usia 15 tahun yang terselamatkan dari peristiwa ini berada dalam kondisi depresi tinggi tidak mau berbicara sama siapa pun dan saat didatangi orang untuk mewawancarainya nampak sangat tegang, bahkan banyak menangis.

Sejak 15 tahun lalu, wilayah paling selatan ini mengalami konflik akibat kekerasan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan oleh Negara terhadap masyarakat sipil di wilayah itu. Terakhir ini, upaya-upaya penyelesaian konflik antara pemerintah Thailand dengan kelompok gerakan MARA Patani tak jelas arah, akhirnya gagal.

Sumber : TUNAS Online, 29 Maret 2019.
Photo : Ismail Hama/MIN.

Di Negaranya Minim Toko Buku, Koleksi Justru di Sini

Suka membaca sedari sekolah dasar (SD), Marwan Yotha kini telah mengumpulkan ribuan buku sebagai koleksi. Berbagai macam buku ia baca untuk menambah ilmu pengetahuan.

Marwan sangat paham akan budaya membaca yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan ssehari-hari. Sejak usia dini, ia sudah kenal dengan budaya membaca karena, ia memang terlahir dari keluarga yang suka membaca.

Dibesarkan di Provinsi Pattani, bagian selatan Thailand, tidak membuat Marwan enggan mempelajari budaya lain seperti di Indonesia. Marwan mendalami budaya, politik, dan hukum yang ada di Thailand maupun Indonesia lewat membaca.

Dengan berkembangnya zaman, tampilan buku sudah semakin mengikuti perkembangan teknologi. Tidak hanya buku cetak, kini buku bisa dinikmati melalui gawai dengan bentuk buku elektronik atau e-book.

Buku cetak maupun e-book memiliki peminat tersendiri. Dengan berkembangnya zaman, tampilan buku dikemas sedemikian rupa untuk memudahkan pembaca mengakses dan membawanya dalam bentuk e-book. Hanya saja, buku cetak yang terbilang kuno masih memiliki penggemar tersendiri.

Marwan Yotha yang sedang menuntut ilmu di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menjelaskan, sampai saat ini ia masih suka membeli dan membaca buku cetak dari pada e-book. Empat tahun tinggal di Jogja, ia telah mengumpulkan ratusan buku cetak yang ia beli selama masa kuliah.

Bagi mahasiswa semester akhir ini, membaca buku cetak lebih menyenangkan dan dapat merasakan isi dari buku yang dibaca. Sedangkan untuk membaca e-book lebih melelahkan dan pesan dari bacaan itu tidak bisa dirasakan.

“Lewat buku cetak kita bisa merasakan sentuhan dengan buku saat membalik halaman. Berbeda dengan e-book yang mana kita hanya fokus pada layar elektronik dan membuat mata lelah,” jelas Marwan kepada Radar Jogja, Kamis (1/11).

Lebih dari 1.000 buku yang ia kumpulkan, tidak serta merta membuat Marwan puas untuk mengoleksi buku cetak. Minimnya toko buku di Thailand, justru membuat Marwan ingin mengumpulkan lebih banyak buku cetak saat ia berada di Jogjakarta. “Toko buku di Thailand bisa dihitung dengan jari, sangat sedikit,” ungkapnya.

Marwan menyayangkan rendahnya minat baca yang ada di Thailand untuk saat ini. Di negeranya, toko buku, percetakan dan penerbit sangat sulit ditemukan. Marwan mengaku senang bisa belajar di Indonesia, khususnya di Jogjakarta.

Selain dikenal dengan Kota Pelajar, ia bisa menemukan toko buku dan perpustakaan yang mudah untuk diakses. “Tukang becak dan sopir di pinggir jalan saja saya masih menemukan mereka mau membaca koran,” tambah Marwan, sambil mengingat-ingat Pattani.

Ia memberikan apresiasi kepada anak muda Indonesia yang masih mau membaca. Mudah mendapatkan buku bacaan dengan harga yang murah adalah nilai tambah tersendiri bagi orang yang suka membaca.

Marwan berharap dengan berubahnya zaman, budaya membaca yang ada di masyarakat akan terus meningkat. Terlepas dari buku berbentuk cetak maupun elektronik, baginya buku masih memiliki fungsi yang sama yaitu memberikan pengetahuan kepada masyarakat.

Sumber : radarjogja.jawapos.com, 04 November 2018.

Innalillahi, Pendiri Masjid Kubah Emas Depok Meninggal Dunia

Indonesia - Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roojiun, pendiri Masjid Kubah Emas Ibu Hj Dian Djuriah Rais binti H Muhammad Rais atau yang biasa disapa Hj Dian Almahri meninggal dunia pada hari Jum'at, 29 Maret 2019.

Informasi wafatnya Hajah Dian dibenarkan oleh Pengurus Masjid Kubah Emas. "Ya benar, beliau sudah berpulang. Tadi sekitar pukul 02.15 WIB di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta" ujar Pengurus Masjid Kubah Emas Depok.

Masjid Kubah Emas Al Mahri didirikan pada tahun 2006 dengan kemegahan luar biasa, karena kubah di bagian atas masjid yang berwarna emas.

Masjid Kubah Emas ini berdiri diatas tanah seluas 50 herkar dengan gaya arsitektur Timur Tengah dan dapat menampung sedikitnya 20 ribu jamaah.

Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri memiliki 5 kubah. Satu kubah utama dan 4 kubah kecil. Uniknya, seluruh kubah dilapisi emas setebal 2 sampai 3 milimeter dan mozaik kristal. Bentuk kubah utama menyerupai kubah Taj Mahal.

Kubah tersebut memiliki diameter bawah 16 meter, diameter tengah 20 meter, dan tinggi 25 meter. Sementara 4 kubah kecil memiliki diameter bawah 6 meter, tengah 7 meter, dan tinggi 8 meter. Selain itu di dalam masjid ini terdapat lampu gantung yang didatangkan langsung dari Italia seberat 8 ton.

Sumber : islamedia.id, 29 maret 2019.

Kamis, 28 Maret 2019

Masa Depan Patani di Era Perubahan Politik Thailand

Krisis konflik di Patani, Thailand Selatan bukan lagi konflik agama, akan tetapi merupakan konflik etnopolitik antara penduduk Patani dengan pemerintahan Thailand telah lama puluhan tahun sejak 2004 sampai sekarang, salah satu faktor penyebab yang tidak bisa dipungkiri bahwa berlarut-larutnya konflik dan kekerasan di area tersebut tidak hanya disebabkan dan didorong oleh perbedaan kepentingan politik, melainkan berakar pada identitas kultural. Dari akar-akar itu rakyat Patani memiliki legitimasi untuk mengklaimkan bahwa daerah Thailand Selatan yang meliputi, Provinsi Pattani, Yala, Narathiwat, Setun, lima daerah bagian dari Provinsi Songkhla tidak menjadi bagian integral dari negara Thailand. Dengan demikian muncul reaksi tuntutan merdeka sebagai inspirasi bagi rakyat Patani.

Thailand menggelarkan pemilihan umum (Pemilu), Ahad (24/3) pekan lalu. Sejak terjadi aksi kudeta militer merebut kekuasaan pemerintahan sipil Yingluck Shinnawatra pada 2014. Seluruh penduduk Thailand termasuk warga Patani di wilayah bergolak mendatangi tempat pemungutan suara pertama kalinya.

Setelah lima tahun Thailand dibawah pemerintahan militer PM Prayuth Chan-ocha dan antusiasme warga untuk melaksanakan pemilu, namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Thailand menghitung 93 persen suara dalam pemilu. Hasilnya, Partai Palang Pracharat pendukung junta militer Prayuth Chan-ocha unggul dengan 7,59 juta suara. Sedangkan pesaingannya adalah Partai Pheu Thai yang meraih 7,12 juta suara. Kemungkinan besar junta militer Prayuth Chan-ocha akan mempertahankan kekuasaannya lagi di bawah payung Partai Palang Pracharat lagi.

Walau bagaimana pun di era perubahan dan pengembangan politik Thailand sebelum dan setelah pemilu ini, apakah dalam konteks penyelesain masalah konflik Patani akan memberi harapan baru bagi rakyat Patani. Apakah perubahan politik kali ini akan mempengaruhi proses perundingan damai Patani.

Berbicara tentang masalah di Patani atau waliyah tiga provinsi Thailand Bagian Selatan, tidak dapat dihindari berbicara tentang konstitusi Thailand, merupakan seperangkat aturan dasar yang mempengaruhi semua aspek kehidupan social politik di dalam negara Thailand sendiri. Salah satu pasal yang menyatakan bahwa Negara Thailand adalah negara yang tidak dapat terpisahkan, sedangkan titik permasalahan konflik Patani adalah ada keinginan memisahkan diri dari negara Thailand atau merdeka. Dalam konstitusi edisi sekarang ini berbeda dengan konstitusi edisi yang sebelumnya yang lebih memberikan peluang untuk menjadi pemerintah sendiri akan tetapi dengan syarat yang terpenuhi misalnya mampu dalam hal ekonomi, politik, keamanan dan lain-lain.

Proses perundingan damai Patani yang pernah dibincangkan pada periode pemerintahan junta militer Prayuth Chan-ocha dan juga pada periode sebelumnya pemerintahan sipil Yingluck belum memberi harapan yang sesuai dengan keinginan Gerakan pembebasan Patani yaitu Barisan Revolusi Nasional (BRN), karena penyelesaian konflik yang berkepanjangan sejak tahun 2004 sampai saat ini pemerintahan Thailand selalu menciptakan sandiwara politik tidak komitmen dan serius dalam meangakat masalah konflik Patani menjadi agenda nasional.

Maka harapan bagi rakyat Patani terhadap pemilu Thailand yang digelarkan baru-baru ini merupakan momentum yang diharapakan bahwa pemerintah baru ini akan membawa perubahan khususnya wilayah bergolak untuk memberi atau lebih memperhatikan masalah konflik Patani sebagai agenda nasional. Seperti yang telah ditawarkan oleh beberapa partai politik sebelum pemilu diantaranya; adalah Partai Masa Depan Baru yang dipimpin oleh Thanathon, sebelum gelar pemilu partai ini berkesempatan kampanye di wilayah bergolak itu dan membicarakan masalah konflik Patani. Thanathon Juangroonruangkit selaku pimpinan partai menawarkan sebuah gagasan yang terkait dengan krisis masyarakat Patani tidak dapat diselesaikan dengan militer hal tersebut harus diselesaikan dengan politik. Termasuk juga partai Prachachat yang dipimpin oleh Wan Muhammad Nor Matha seorang tokoh masyarakat asli Provinsi Yala, Thailand Selatan pernah menawarkan sebuah agenda partai yang terkait dengan masalah konflik Patani sebelum pemilu digelarkan yang menyatakan bahwa konflik Patani harus memberi peluang dan kesempatan bagi penduduk untuk menentukan nasibnya sendiri dalam arti memberi status daerah otonomi khusus kepada rakyat Patani. Dengan demikian dua partai ini sebagai Partai pendukung Partai Pheu Thai yang kemungkinan besar akan menduduki kursi pemerintah, maka hal demikian akan menjadi harapan baru bagi rakyat Patani.
Menurut Romadon Panjor mengatakan bahwa dirinya pikir yang pertama adalah bahwa pemerintah baru perlu fokus pada masalah di tiga provinsi perbatasan selatan yaitu Patani.

“Jika kita memperoleh pemerintahan terpilih dari rakyat atau pemerintahan sipil dengan harapan komitmen yang tinggi dalam usaha untuk meyelesaikan konflik Patani dengan mengangkat agenda konflik lebih tinggi bukan hanya karena memiliki konflik dan kekerasan di wilayah tersebut, akan tetapi sebagai agenda nasional yang pemerintah pusat Thailand harus bertanggung jawab sepenuhnya tidak mungkin menyerahkan wewenang penyelesaian konflik Patani kepada lembaga keamanan yang berpusat di wilayah bergolak walaupun diutuskan oleh pemerintahan pusat,” kata Romadon saat memberi wawancara dengan wartawan Prachatai.com salah satu media di Thailand.

Selanjutnya, kata Romadon, “saya pikir walau bagaimana pun celah untuk proses perundingan damai sangat penting dengan tidak bisa dihindarkan hanya konten dan arah perundingan damai seperti apa itu tergantung kepada kedua belah pihak, saya rasa pemerintah terpilih dari rakyat lebih komitmen dan searah dengan keinginan rakyat Patani,” pungkas Romadon Redaktur Deep South Watch salah satu media pemantau konflik di Thailand Selatan.

Akan tetapi jikalau politik Thailand setelah pemilu pada kali ini tidak ada perubahan yang diharapkan maka politik Thailand akan mengulangi kembali seperti yang dahulu, kekuasaan akan di pegang oleh pemerintah junta militer Prayuth Chan-ocha sehingga keadaan dan harapan rakyat Patani akan terjadi seperti dahulu bahkan akan lebih meningkat penderitaan rakyat Patani.

Sumber : TUNAS Online, 28 Maret 2019.
Photo : Lauren DeCicca/Getty Images.