Masalah proses
pembicaraan “perdamaian” di wilayah perbatasan selatan atau Patani setelah
mendapat pemerintahan baru yang terpilih dalam pemilu harus maju menempatkan
masalah pembicaraan dengan Majelis Amanat Rakyat Patani (MARA Patani). Tetapi
harus menunggu langkah prosedur untuk mengangkat perdana menteri ke-30
Thailand, mungkin di sekitar bulan Juni nanti.
Di anggap menjadi
persoalan utama bagi PM baru Thailand harus kunjungi setiap bangsa dalam
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau lebih populer dengan sebutan
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) untuk memperkenalkan diri
sebagai ketua negara anggota ASEAN. Salah satunya adalah pergi bertemu dengan
Dr. Mahathir Mohamad PM Malaysia dalam hal berdiskusi menekankan tentang
berjalan terus dalam perkara saling membantu bersama untuk menyelesaikan
masalah konflik di Patani yang telah lama.
Sejak tahun 2019,
Negara Thailand bertanggung jawab sebagai ketua ASEAN yang mengundang semua
masyarakat Thailand menjadi tuan rumah yang baik, bersama itu akan menentukan
hari pelaksanaan rapat bersama para pemimpin negara tingkat ASEAN pada bulan
Juni mendatang, dan sekali lagi di bulan November tahun ini. Sebagai pemimpin
ASEAN mesti harus berjalan terus untuk mewujudkan perdamaian dan stabilitas
untuk menjamin keamanan warga ASEAN.
Maka itu pemerintah
Thailand berharap bahwa dimensi dari masalah perbatasan selatan kemungkinan
akan menjadi contoh negosiasi yang mengalami kemajuan di tingkat yang
menyentuhkan lebih banyak soal “perdamaian”.
Pemerintah baru mungkin
bukan penyihir yang akan membuat semuanya berakhir dengan damai dalam semalam.
Namun, demikian harus siap membuat dilihat berusaha yang akan mencapai hasil
sebanyak mungkin. Semuanya akan terus berjalan terus secara bertandingan.
Sementara Thailand berada dalam masa perubahan politik tapi dalam tingkat
pekerjaan di wilayah konflik terutama pasukan tentara angkatan darat divisi 4,
Letnan Jenderal Pornsak Poolswat sebagai komandan telah bertindak mengkoordinir
tugas dengan Jenderal Udomchai Thammasaroraj sebagai ketua delegasi pembicaraan
damai Thailand.
Pada 21 Maret yang
lalu, pemerintah diadakan rapat segi praktis di hotel Park View Risort, distrik
Muang, Provinsi Pattani menghadiri berbagai sektor masyarakat berpartisipasi
dalam pertemuan kegiatan workshop. Komandan tentara angkatan darat divisi 4
mengatakan dalam rapat bahwa untuk masalah di wilayah perbatasan selatan harus
membicarakan dengan mengumpulkan berbagai informasi yang menjadi kebutuhan dari
masyarakat di kawasan tersebut yang sebenarnya, adanya semua sekitar 290
daerah. Dengan demikian untuk membuat pemahaman yang pihak petugas keamanan
harus membuka ruang bagi masyarakat dapat berbicara menyampaikan pendapat
mereka secara lebih luas untuk menerima informasi itu.
Hal senada yang diungkapkan
oleh Jenderal Udomchai mengatakan bahwa terlepas ini diadakan pembicaraan
dengan wakil kelompok MARA Patani, dan Malaysia berstatus sebagai fasilitator,
pembicaraan dengan kelompok perbedaan pendapat itu harus membuka ruang
keamanan, berbicara dengan semua kelompok yang memiliki pendapat yang berbeda,
dirinya percaya bahwa perbedaan pendapat bukanlah masalah.
Yang menarik dan
sesuai, bagi polisi kolonel Thawi Sodsong mantan sekretaris jenderal Southern
Border Province Administrasi Center (SBPAC), saat ini menjabat sebagai
sekretaris jenderal partai prachachat mengatakan sebelum datangnya hari pemilu
24 Maret yang lalu, diantara partainya sedang berkampanye di lapangan olahraga,
distrik Yaring, Provinsi Pattani, ia mengajak semua masyarakat meninjau bahwa
jika melihat inti daripada pembicaraan saat itu hanya mengangkat masalah
pembicaraan mengenai persoalan proses menyelesaikan masalah konflik di wilayah
perbatasan selatan dengan konten yang harus digarisbawahinya.
Thawi menambahkan bahwa
proses penyelesaian masalah “konflik Patani” terdapat banyak pihak yang
memberikan solusi tetapi ingin untuk mereka terlibat lebih banyak dalam proses
penyelesaian masalah ini. Setiap orang adalah warganegara Thailand. Walaupun
memiliki pendapat pikiran yang berbeda, keyakinan, budaya, adat istiadat, dan
agama tetapi semua adalah saudara. Namun, di sini mempunyai salah satu cara
untuk bisa menyelesaikan masalah adalah pembicaraan untuk perdamaian bersama
mendorong melahirkan perubahan daripada kekerasan menuju proses secara damai
yang harus ada baik cara pemulihan dan kenyamanan.
Mantan Sekjen SBPAC
mencoba memfokuskan untuk dilihat dengan jelas bahwa penerapan multikultural di
wilayah ini bisa menyelesaikan semua persoalan di wilayah konflik itu, karena
multikultural adalah sebagian besar yang tidak bisa dari satu kebudayaan
mendominasi ke atas kebudayaan yang lain dan memaksa untuk mengikuti pada salah
satunya sahaja, jika tidak seperti itu akan membawa kepada menimbulkan masalah
perselisihan, semua harus memiliki hak yang setara, tidak kira perempuan atau
laki-laki semua mempunyai hak yang sama.
Akhirnya, dia membuat
kesimpulan bahwa “peristiwa kerusuhan di wilayah perbatasan selatan bukan hanya
masalah dari orang tiga wilayah sahaja tetapi adalah masalah negara, maka
proses penyelesaian harus dari setiap pihak dan sebagai agenda negara.
Maka itu, mungkin akan
menjadi pertimbangan bagi pemerintahan baru bahwa ia akan meletakkan
kepentingan dengan agenda “penyelesaian konflik Patani” berada di posisi mana
yang lebih baik untuk tidak berlarut-larut lama lagi.
Sumber : TUNAS Online,
30 Maret 2019.
Photo : Ilustrasi/REAL
Frame.
0 komentar:
Posting Komentar