This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 29 Oktober 2015

DITINGGAL 13 TAHUN, MAHASISWI THAILAND CARI AYAH KE JEMBER.

Sang ayah memang orang Indonesia yang menikah dengan perempuan asli Pattani, Thailand, bernama Hameedah Bodok. Dari pernikahan tersebut, mereka mempunyai dua anak.
JEMBER – Berawal dari keinginannya mencari sang ayah, Royanee Samae memutuskan menempuh kuliah di Indonesia. Kepulangan ayahnya ke Indonesia sejak 2002 tanpa kabar hingga kini membuat gadis asal Pattani tersebut bertekad mengajak sang ayah untuk bertemu dengan ibu dan adiknya di Pattani.
Sang ayah memang orang Indonesia yang menikah dengan perempuan asli Pattani, Thailand, bernama Hameedah Bodok. Dari pernikahan tersebut, mereka mempunyai dua anak. Yakni, Royanee Samae dan Khadijah Samae.
Namun, pada 2002 Wahib meninggalkan keluarganya dan kembali ke Jember tanpa memberi kabar sama sekali. Kala itu Wahib datang ke Thailand untuk bekerja sebagai petani karet di Songkhla, Thailand, selama sepuluh tahun. Mereka tinggal di kawasan 76/1 MI T.Kholotanyong A.Nongcek J.Pattani. ’’Beliau pergi ketika saya baru berusia delapan tahun dan adik saya enam tahun,’’ ungkap Royanee.
Data yang dimiliki Royanee dan ibunya hanya sebuah foto keluarga yang sudah usang dan KTP Wahib. Tidak tertera tanggal lahir di kartu identitas itu. Hanya, informasi usia Wahib pada 1983 adalah 33 tahun. Jadi, Wahib saat ini diperkirakan berusia 65 tahun. Alamat yang tertera di sana adalah Jalan Ronggowarsito RT 277, RK 47, Jember Lor, Patrang.
Menurut cerita ibunya, sebelum berangkat ke Thailand, Wahib menikah di Indonesia dan mempunyai dua anak laki-laki dan perempuan. Namun, Royanee tidak mengetahui identitas mereka sehingga dirinya tidak bisa mereka-reka usia mereka saat ini. ’’Ketika itu ayah tidak menceritakannya kepada kami,’’ ungkapnya.
Gadis kelahiran 10 Desember 1994 itu menuturkan tidak ada permasalahan rumah tangga yang dihadapi keluarganya. Seingat Royanee, ayahnya pergi untuk urusan perpanjangan visa dan paspor. ’’Sejak saat itu tidak ada kabar sama sekali sampai hari ini,’’ tuturnya.
Ketika mengetahui Royanee akan menempuh pendidikan di Indonesia, Hameedah membekali putri sulungnya dengan sebuah foto usang dan kartu identitas milik Wahib dengan nomor KTP VIII/921/512/02/83. Keinginan ibunya hanya satu, bisa bertemu Wahib. ’’Bahkan, jika ayah tidak punya biaya untuk datang ke Thailand, ibu siap membantu,’’ ucap Royanee.
Karena itu, tekad Royanee untuk menemukan ayahnya sangat besar. Royanee tiba di Indonesia dengan keyakinan kuat bahwa dirinya akan menemukan sang ayah sebentar lagi. ’’Begitu menginjakkan kaki di bandara, muncul perasaan bahwa saya sangat dekat dengan ayah,’’ ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Dibantu para mahasiswa Pattani, Thailand, yang berkuliah di Jember, Royanee mendatangi kantor Kelurahan Jember Lor dan kantor Camat Patrang. Namun, informasi yang dimiliki terlalu minim dan sudah sangat lama. Apalagi, wilayah Patrang sangat luas. ’’Kami harus mencari di antara warga yang sudah sepuh dan sebagian warga di sana tergolong baru sehingga tidak mudah mencarinya,’’ paparnya.
Meski demikian, mahasiswi semester tiga itu tidak putus asa. Rekan-rekan senegaranya di Jember ikut menyemangati Royanee. ’’Selain itu, petugas di kelurahan dan kecamatan berjanji menghubungi mantan ketua RT dan RW yang dulu tinggal di daerah sana,’’ ujarnya.
Royanee sangat berharap bisa bertemu langsung dengan ayahnya. Selain itu, dengan publikasi ini, dia berharap bisa menemukan titik terang dalam pencarian yang dijalani sekarang. ’’Mungkin, ada kerabat atau rekan ayah yang mengetahui keberadaan ayah saya sekarang,’’ ujarnya penuh harap.

HARI PERDAMAIAN DUNIA PerMAS NUNTUT UN PARTISIPASI PROSES DAMAI DI PATANI

21 September 2015     Pattani-Aksi damai setiap tahun diadakan pada 21 sep sebagai perigatan Internasional Peace Day oleh Persekutuan Mahasiswa Anak Muda dan Siswa Patani (PerMAS) sebagai simbulis dengan menuntut agar kedamaian di Patani terwujud. Konflik yang telah berlansung ganas antara Pejuang kemerdekaan Patani dengan pemerintah Thailand sehingga korban meninggal lebih dari lima ribu jiwa dan lima belas ribu jiwa cendara tidak terhitung jumlah anak yatim dan para wanita yang kehilangan pemimpin rumah tangganya.     Kegiatan dilakukan Permas aksi damai di depan gedung belajar Prince of Songkla University Campus Pattani. Aksi diikuti oleh pemuda Patani dan anggota organisasi, Ketua PerMAS Saudar Arifin Soh membaca deklarasi yang berisi sebagai berikut;
Statement Persekutuan Mahasiswa Anak Muda dan Siswa Patani (PerMAS)Prihal : Tuntutan UN campurtangan dalam proses perdamaian Patani        Dengan perigatan ulang tahun ke 70 lembaga United Nation (UN) yang merupakan lembaga yang terdiri dari kesepakatan dan kerjasama anggota negara dengan tujuan utama untuk menjaga perdamaian dunia. Kami Persekutuan Mahasiswa Anak Muda dan Siswa Patani (PerMAS) mengucapkan kehormatan atas perigatan 70 tahun perjuangan UN dalam menjaga kedamai dan kesetabilan dunia.
       Dengan kesempatan ini kami (PerMAS) merupakan organisasi yang berjuang secara berpolitik oleh para pemuda Patani dan berpegan tegoh terhadap prinsip asas Hak Asasi Manusia, Prinsip Demokrasi. Sangat khawatir dan ragu terhadap proses kedamaian Patani yang sedang berlansung dalam suasana tidak demokratis yang akhirnya akan membawa kepada masyarakat Patani yang merupakan penerima akibatnya dikemudian hari nanti.
        Dengan ini PerMAS menuntut agar UN ikut partisipasi dalam proses perdamaian Patani dengan segaraoleh karena kami (PerMAS) sangat yakin hanya proses perdamai yang bersifat internasional akan membawa kepada kedamaian yang kekal dan pasti.
Jiwa Damai dan Bermanusiawi.
Persekutuan Mahasiswa Anak Muda dan Siswa Patani (PerMAS)

RAZIA TERHADAP KEBERADAAN WNA SAAT INI MENJADI FOKUS ATENSI SELURUH KANTOR IMIGRASI DI INDONESIA.

23 October 2015
    Sejumlah petugas dari Kantor Imigrasi Klas II Blitar, Rabu menggelar razia dokumen keimigrasian 114 mahasiswa asing asal Thailand selatan yang melanjutkan program belajar di IAIN Tulungagung.

    Antara di Tulungagung melaporkan, operasi yang digelar mendadak itu dipimpin langsung oleh Kasi Pengawasan dan Penindakan Imigrasi Kantor Imigrasi Klas II Blitar, Muhammad Sungeb dengan menyasar gedung rektorat IAIN.
  Razia diawali dengan memeriksa seluruh kelengkapan dokumen paspor maupun izin tinggal terbatas (ITAS) milik para mahasiswa asing yang kuliah di IAIN.
       Setelah dirasa cukup, petugas imigrasi melanjutkan dengan melakukan sosialisasi dan tatap muka langsung dengan sebagian mahasiswa asing yang sedang tidak mengikuti kegiatan belajar-mengajar di dalam gedung kampus.
       "Sementara ini tidak ada satupun dokumen keimigrasian yang bermasalah. Semua mahasiswa asing asal Thailand yang berjumlah 114 orang ini semua memiliki paspor maupun ITAS," terang Kepala Kantor Imigrasi Klas II Blitar Tato Juliadin Hidayawan.
Ia menjelaskan, razia terhadap keberadaan WNA saat ini menjadi fokus atensi seluruh kantor Imigrasi di Indonesia.
   Tujuannya, antara lain mencegah penyelundupan orang asing, serta mengantisipasi penyalahgunaan izin kunjungan ataupun izin tinggal di wilayah Indonesia.
         Menindaklanjuti instruksi Kantor Imigrasi pusat tersebut, lanjut Tato, pihaknya tidak hanya fokus mengawasi orang asing yang bekerja ataupun mengambil program studi (belajar) di berbagai lembaga pendidikan/kampus di Tulungagung dan Blitar, tetapi memeriksa kelengkapan dokumen keimigrasian WNA yang menikah dengan warga Indonesia dan tinggal di tanah air dalam waktu cukup lama.
        "Di Tulungagung ini kami ada tiga WNA yang teridentifikasi melakukan pernikahan campuran. Satu WNA asal Myanmar dan dua lainnya berkebangsaan China," ungkap Kasi Pengawasan dan Penindakan Imigrasi Kantor Imigrasi Klas II Blitar, Muhammad Sungeb.
         Dikonfirmasi terpisah, Rektor IAIN Tulungagung, Maftukhin memastikan seluruh mahasiswa asing di lembaga kampusnya telah mengurus dokumen keimigrasian.
     Ia bahkan menegaskan bahwa secara kelembagaan telah menjalin kerjasama dengan pihak kedutaan besar Thailand untuk memastikan berkas persyaratan untuk melanjutkan studi di Indonesia maupun dokumen keimigrasian bisa dilengkapi.
    "Kami juga aktif memfasilitasi mahasiswa untuk mengurus ITAS (izin tinggal terbatas). ITAS merupakan kartu keimigrasian yang diperuntukkan bagi WNA yang ingin belajar, melanjutkan studi, atau mengikuti program pertukaran pelajar/mahasiswa di Indonesia," terangnya.
     Terkait pengawasan mahasiswa asing di kampusnya, Maftukhin memastikan rektorat proaktif melakukan pengawasan sekaligus pembinaan.
"Kami telah menyediakan sarana pemondokan bagi mahasiswa asing. Selain aktif berkoordinasi dengan pengasuh pondok, aktivitas mahasiswa di dalam kampus menjadi media rektorat dalam mengawasi setiap perkembangan mereka," ujarnya.

WARGA THAILAND 'TERGANGGU' ASAP DARI INDONESIA

Ketebalan asap sedemikian buruk sehingga tingkat kegelapan waktu pagi, siang hingga sore hampir sama. Pengendara diminta menyalakan lampu ketika berada di jalan.
22 Oktober 2015
 Selama beberapa hari terakhir, sejumlah provinsi di Thailand Selatan tampak gelap karena asap dari Indonesia sejak pagi hingga sore, padahal biasanya cerah.
Akibatnya, sejumlah penerbangan dibatalkan atau dialihkan, termasuk penerbangan menuju ke pulau wisata Koh Samui.

Provinsi-provinsi yang diselimuti asap di antaranya adalah Narathiwat, Pattani, Yala dan Songkhla. Kabut asap dari Indonesia juga mengganggu lalu lintas darat.
"Untuk perjalanan kurang begitu lancar, tidak seperti biasa. Jarak pandangnya gelap," kata seorang pemuka masyarakat di Provinsi Pattani, Hasan Muhamad Zein dalam wawancara dengan wartawan BBC Indonesia, Rohmatin Bonasir, Kamis (22/10).

"Begitu juga waktu sore, kabut asap itu begitu tebal sekali. Dalam waktu dua-tiga hari ini mengganggu."
Ketebalan asap sedemikian buruk sehingga tingkat kegelapan waktu pagi, siang hingga sore hampir sama. Pengendara diminta menyalakan lampu ketika berada di jalan.

 Adapun di rumah, penerangan listrik juga senantiasa diperlukan ketika siang bolong sekalipun.
"Dari pagi sampai sore cuacanya sama saja. Cahaya tidak begitu terang. Kalau di dalam rumah terpaksa memasang lampu," tambah Zein.
Indeks polusi udara di Songkhla, khususnya di kota Hat Yai, mencapai 365 yang merupakan titik tertinggi di sana sejauh ini. Indeks polusi di atas 300 digolongkan berbahaya.
"Ini adalah krisis," kata Kepala Dinas Lingkungan Halem Jemarican.
Ditambahkannya, penduduk di enam provinsi disarankan agar senantiasi mengenakan masker dan sebisa mungkin tidak beraktivitas di luar rumah.

Menurut Zein, warga mengeluh karena asap tidak hanya mengganggu aktivitas tetapi juga berdampak buruk bagi kesehatan.
"Kalau dilihat di sini, belum begitu bisa mengatasi. Pemerintah Indonesia sendiri belum begitu bisa mengatasi secara tuntas."
Sejumlah pejabat Indonesia telah mengatakan segala daya dan upaya dikerahkan untuk memadamkan kobaran api di lahan dan hutan yang terbakar, terutama di Sumatra dan Kalimantan.

Koran Radar Jember Indonesia, 28 Oktober 2015.


Cara Mahasiswa Thailand di Jember Mengenang Tragedi TAKBAI.

Tragis, hingga saat ini masih ada diskriminasi di Thailand.

Tuntut keadilan Hak Asasi Manusia (HAM) para mahasiswa/i Thailand di Jember mengadakan aksi damai di alun-alun Jember untuk mengenang tragedi takbai 11 tahun lalu.

‪#‎Ingat‬ Demonstran Diperlukan seperti Binatang.

     Tragedi TAKBAI, Thailand pada 25 Oktober 2004 lalu maih membawa duka bagi kaum muslim di Thailand. Tak kecuali, puluhan mahasiswa/i Thailand yang kuliah di Jember. Mereka menggelar aksi damai, mengenang peristiwa yang merenggut 85 nyawa itu.


Lingtang anis Benak, Jember

Kau lempar aku dalam gelap hingga hidupku menjadi gelap,
kau siksa aku sangat keras hingga aku makn mengeras,
kau aksa aku terus menunduk tapi keputusan aku terus tambah tegak,
darah sudh kau teteskan dari bibirku,
luka sudah kau bilukan ke sekunjung tubuhku,
cahaya sudah kau rampas dari biji mataku,
derita sudah sampai di luar batas,
Dari Kami Bangsa yang Tertindas Untuk Pahlawan Takbai,
25 Oktober 2004

     Syair di atas ini merupakan bagian dari isi hati para mahasiswa/i Thailand yang tengah mengembara di Jember untuk kuliah. Mereka saling bertaut tangan, berdri di sepanjang Alun-Alun Kota Jember menggunakan masker sebagai bentuk aksi solidaritas mengenang 11 tahun Tragedi TAKBAI yang menewaskan masyarakat muslim di Thailand Selatan.

        Beberapa dari mereka membawa poster yang bergambar tapak sepatu militer dengan pencikan cat menyerupai darah.

‪#‎Ingat‬ Demonstran Diperlukan seperti Binatang.

Selasa, 27 Oktober 2015

HMI Cabang Bandung Mendukung Perdamaiyan Di Patani

 25 Oktober 2015
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Bandung, mereka mengadakan aksi mendukung perdamaian Patani di Gedung Merdeka Jalan Asia Afrika Bandung.

Aksi perdamaian menegak keadilan tuntaskan hukum hak asasi manusia (HAM) di patani.

Ini adalah gerbang awal bagi kami dalam memperjuangkan menuntut keadilan Hak Bangsa Melayu Patani.

Dan kami akan terus menerus mengaksi sehingga proses perdamaian  di Patani bergejolak di permukaan dunia ini, mudah-mudahan Patani dapat mencapai tujuan yang di inginkan oleh Bangsa Mlayu Patani.



Senin, 26 Oktober 2015

10 Delegasi Yang Mengadakan perigatan Peristiwa Berdarah TAKBAI 25 Oktober 2004, Pada Tanggal 25 Oktober 2015

10 Delegasi Yang Mengadakan perigatan Peristiwa Berdarah TAKBAI 25 Oktober 2004, Pada Tanggal 25 Oktober 2015.


Perigatan peristiwa berdarah di TAKBAI 25 oktober 2004 yang tidak prikemanusian dan prikeadilan derhadap Bangsa Melayu Patani, pada tanggal 25 Oktober 2015 setiap delegasi.

Pada tanggal 25 oktober 2015 setiap delegasi sebelah Pulau Jawa dan Sumatra Indonesi, mahasiswa dan mahasiswi Patani yang kuliah di Indonesia mengadakan hari perigatan peristiwa berdarah TAKBAI pada tanggal 25 oktober 2015 adalah 10 (sepuluh) delegasi di sebelah Pulau Jawa dan Sumatra.

1- Lampung, 2- Jakrata, 3- Bandung, 4- Yogja, 5- Tolongagun, 6- Semarang, 7- Solo, 8- Jumber, 9- Pruwokarto, 10- Lombongan.

11 tahun yang lalu, Pemerintah Thailand pernah mengadakan aksi pembantaian besar-besaran terhadap Bangsa Melayu Patani. Dalam pembantaian yang tidak prikemanusia dan prikeadilan lebih kurang dari 80 orang dihabisi. Sebagian mereka dibunuh dengan cara di tembak menembak, sementara yang lain lagi mati karena kepanasan dan tidak bisa bernafas akibat dimasukkan dalam truk dan disusun sebanyak 7 (tujuh) lapisan. Sungguh tidak prikemanusian kelakuan Thailand terhadab Bangsa Melayu Patani.

#FIKIRLAH

1- Apakah yang kita harus lakukan???
2- Adakah sanggub melihat keadaan ini berterusan???
3- Adakah peranan seorang mahasiswa/i di generi luar???



Foto-foto setiap delegasi


Lampung
Jakarta
Bandung
Yogja
Semarang
Jumber
Purwokarto
Solo

"Sejarah Ini Tidak Akan Kami Lupakan"

Kilas Balik 11 Tahun Tragedi Tak Bai

Diskusi Mahasiswa Patani bersama Organisasi (UKM SBI) Lampung, Indonesia.

Bertema : " Kilas Balik 11 Tahun Tragedi Tak Bai "


Diskusi mahasiswa Patani bersama teman-teman Indonesia bertempat di Sekretariat UKM SBI pada tanggal 23 Oktober 2015


Diskusi ini membahas tentang Tragedi Tak Bai, teragedi berdarah yang terjadi pada tanggal 25 Oktober 2004 atas kejahatan tidak prikemanusiaan yang terjadi di Tak Bai, Thailand Selatan.


Bersama Narasumber, DR. Safari Daud, S.Ag.M.Sos.I 

(Sejarawan dan Dosen IAIN Raden Intan Lampung) dan Bang Che.


Pembubaran Demonstran Merusak Demonkrasi Dunia

Mengenang 11 (sebels) tahun silam Kejadian Tak-Bai

Kita orang bangsa Patani pakai sarung dan baju celop bela-gha bukanlah tidak ada kemajuan dalam bidang politik demokrasi demi perjuangan untuk bolih keadilan dan hak, 11 tahun silam yang jatuh pada tahun 2004, tanggal 25 oktober, jatuh pula pada bulan puasa Ramadhan Al-Mubarak. 


Pada tanggal 25 oktober tahun 2004 ada sebahagian orang bangsa Patani yang tahu khabar, bahwa ada enam (6) orang pemuda yang jadi sukarelawan kerajaan Siam/Thai yang bersenjata menjaga keamanan kampong ditanggap dan dituduh oleh Balai Polis Taba, bahwa mereka pemuda itulah yang memberi senjata kepada puak pejuang merdeka taning/Patani, maka 6 (enam) pemuda itu ditahan oleh balai Polis Taba. 

Oleh kerana orang-orang maklum telah tahu bahwa 6 (enam) pemuda itu dituduh, maka pergilah tuntut hak politik kerakyatan dengan cara tunjuk rasa di depan balai Polis Taba supaya polis beri jawaban dan keadilan kepada 6 (enam) pemuda itu, tapi gila dan iblisnya ada ramai Tentara yang jaga keamanan di Balai Polis Taba, kita rakyat mata hitam tiada senjata dan pisau dituduh pula oleh Tentara bahwa kita rakyat tunjuk rasa itu bawa senjata dan pisau, maka tentara yang mesti lindungi Rakyat itu menjadi gila babi dan membabi buta tembak/bedel kepada Rakyat yang tunjuk Rasa di depan balai Polis, bila ingat-ingat sungguh gila babi betul tentara Siam itu. Bila aku ingat atas kejadian 11 tahun silam di Taba itu, hati aku ini jadi sedih dan marah besar kepada tentara Siam dan Polis, tapi aku baru tahu bahwa kita orang bangsa Taning ini dijajah oleh mereka, jiwa mereka feodalisme dan imprialisme, kita rakyat berjuang cara rakyat-rakyat kerana tahu demokrasi beri hak rakyat untuk tunjuk rasa, tapi itulah Bangsa Siam/Thai yang buat balik kepada kita, demi bolih keadilan wajiblah kita berjuang terus jangan putus asa! Kejadian di depan balai Polis Taba 11 tahun silam telah merusak keberadaban demokrasi ummat manusia dunia.


Moral Tentara Siam Thailand Dengan Kejadian Di Tak-Bai

       Setiap tahun pada Tanggal 25 oktober adalah hari yang sangat memilukan bagi rakyat jelata di bagian selatan Thai/Siam, kejadian tak-bai adalah kisah kejadian yang tidak ada prikemanusiaan dan prikeadilan bagi rakyat bertutur kata dengan bahasa melayu yang hendak cari jawaban keadilan pada pemerintahan Thai. Kebetulan tanggal 25 oktober pada tahun 2004 itu, tepatnya dengan bulan Ramadhan bagi ummat beragama Islam yang bersuka bangsa Melayu itu berpuasa, dan berramai-ramai pergi ke tempat polis daerah Tak-bai, dengan tujuan tunjuk rasa dan mendengar jawaban dari Polis yang telah tahan beberapa pemuda yang diduga memberi senjata kepada kelompak pejuang kemerdekaan Bangsa Patani. Pada tahun 2004 juga telah berlaku hukum Dharurat Militer bagi wilayah yang sedang dilanda konflik berdarah, khusus wilayah yang mayority bersuku bangsa Melayu Patani dan beragama Islam, kerana tahun 2004 itu telah terjadi penyerbuan markas tentara yang bertingkat Divisi Angkatan Darat Draja Thai/Siam oleh angkatan pejuang Patani atau gerilyawan Patani dan dapat merampas lebih 400 pujuk senjata berbagai jenis dan caliber. Akibat telah berlaku hukum dharurat Militer itu lah, tentara jadi berkuasa dan taruh rasa curiga bagi semua kepada orang Melayu, rakyat jelata yang hendak mencari keadilan dengan cara demotrasi ke tempat kepolisian daerah Tak-bai pun, aparat Negara tidak meindahkan dalam beri pelayanan kepada rakyat, malahan jadi sadis dan brutalnya adalah Tentara dan Polis yang membubarkan demotrasi itu, dengan cara menembak peluru tajam kearah demotrasi dan meangkut yang luput dari kematian dan kesakitan naik ke atas truk Militer dengan cara bertumpuk-tumpuk seperti muatan kayu balok dan kedua tangan diikat kebelakang. Dunia ketentaraan di manapun di dunia ini, diajar dengan moral pembelaan, kehormatan, keberanian, kegagahan, keperwiraan dan kepahlawanan, dengan moral dan sikap berani dan gentleman yang selalu mengutamakan membelaan hal yang benar dan melawan dengan hal yang tidak benar, sememang-memang dan semesti-mestinya para tentara yang membubarkan demotrasi pada tanggal 25 oktober 2004 di depan office Polis daerah Tak-bai itu, baik dan mestinya dengan sikap gentleman dan bijaksana sesuai dengan ajaran ketentaraan, akan tetapi terjadi kenyataan sebaliknya, yaitu para yang dinamakan tentara bertindak seperti kelompak pecundang dan pengecut yang memiliki senjata, asal-asalan menembak rakyat dengan rasa terusik dalam fikiran bahwa rakyat yang demotrasi itu penjahat yang wajib ditembak dan dimusnahkan. Dunia mesti ambil tahu tentang kejadian di tak-bai itu, khususnya pada Negara sekutu Thai/Siam yang mengutamakan nilai-nilai moral kemanusiaan, dunia ketentaraan mesti ambil peduli dengan tindakan yang telah dilakukan oleh ketentaraan Thai/Siam dalam melakukan tindakan terhadap rakyat tidak bersenjata yang demotrasi di depan offic Polis Tak-bai, menembak rakyat yang tidak senjata adalah sebuah tindakan salah pada hukum positif apapun, apalagi hukum perang. Moral ketentaraan adalah gambaran keberadaban dan moral kekuasaan setiap pemerintahan apapun di dunia ini, bila moral alat Negara rusak maka jangan harap akan dapat diselesaikan dengan bijaksana dan adil, permasalahan Rakyat yang demotrasi meminta keadilan di depan office Polis Tak-bai dan dibuburkan dengan cara menembak dengan peluru tajam adalah sebuah tindakan yang mehancurkan moral sendiri, yang lebih memilukan lagi adalah mahkamah Thai/Siam mengjatuhkan hukum bahwa tentara Thai/Siam itu tidak bersalah dan telah melakukan sesuai dengan tugasnya. Bagi mereka yang memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dan ahli hukum di dunia ini, mestinya akan menjadi tanda Tanya, kerana apa?, kerana apa? dan kerana apa? bahwa tindakan yang tidak prikemanusiaan dan biadab oleh tentara Thai/Siam terhadap Rakyat demotrasi itu tidak bersalah apapun oleh Hukum Negara.

Mengenang 11 Tahun Silam Kejadian Taba 
     
         Kita orang bangsa Patani pakai sarung dan baju celop bela-gha bukanlah tidak ada kemajuan dalam bidang politik demokrasi demi perjuangan untuk bolih keadilan dan hak, 11 tahun silam yang jatuh pada tahun 2004, tanggal 25 oktober, jatuh pula pada bulan puasa Ramadhan Al-Mubarak. Pada tanggal 25 oktober tahun 2004 ada sebahagian orang bangsa Patani yang tahu khabar, bahwa ada enam (6) orang pemuda yang jadi sukarelawan kerajaan Siam/Thai yang bersenjata menjaga keamanan kampong ditanggap dan dituduh oleh Balai Polis Taba, bahwa mereka pemuda itulah yang memberi senjata kepada puak pejuang merdeka taning/Patani, maka enam (6) pemuda itu ditahan oleh balai Polis Taba. Oleh kerana orang-orang maklum telah tahu bahwa enam (6) pemuda itu dituduh, maka pergilah tuntut hak politik kerakyatan dengan cara tunjuk rasa di depan balai Polis Taba supaya polis beri jawaban dan keadilan kepada enam (6) pemuda itu, tapi gila dan iblisnya ada ramai Tentara yang jaga keamanan di Balai Polis Taba, kita rakyat mata hitam tiada senjata dan pisau dituduh pula oleh Tentara bahwa kita rakyat tunjuk rasa itu bawa senjata dan pisau, maka tentara yang mesti lindungi Rakyat itu menjadi gila babi dan membabi buta tembak/bedel kepada Rakyat yang tunjuk Rasa di depan balai Polis, bila ingat-ingat sungguh gila babi betul tentara Siam itu. Bila aku ingat atas kejadian 11 tahun silam di Taba itu, hati aku ini jadi sedih dan marah besar kepada tentara Siam dan Polis, tapi aku baru tahu bahwa kita orang bangsa Taning ini dijajah oleh mereka, jiwa mereka feodalisme dan imprialisme, kita rakyat berjuang cara rakyat-rakyat kerana tahu demokrasi beri hak rakyat untuk tunjuk rasa, tapi itulah Bangsa Siam/Thai yang buat balik kepada kita, demi bolih keadilan wajiblah kita berjuang terus jangan putus asa! Kejadian di depan balai Polis Taba 11 tahun silam telah merusak keberadaban demokrasi ummat manusia dunia.


"Sebagai sebuah Bangsa, Sejarah perjalanan Bangsa ini sudah seharusnya menjadi landasan penting dalam setiap Sendi Kehidupan Rakyat dan Masyarakat Bernegara yang sayangnya sampai hari ini Sejarah Bangsa Melayu Patani masih menjadi Budakan, Hamba, dibawah Penjajah pada Bangsa Kolonialis Siam Thai Budha"

Poin Deklarasi Mahasiswa Patani Terkait Tragedi Takbai



YOGYAKARTA – Persekutuan Mahasiswa Patani (Patani Students) menggelar diskusi peringatan tragedi Tak Bai 11 tahun silam. Peringatan tragedi nahas itu sendiri digelar di kawasan kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Minggu (25/10/2015). Di akhir acara, mahasiswa Patani mendeklarasikan sikap politiknya terkait dengan tragedi yang sudah berlalu belasan tahun tersebut. Pasalnya, tragedi itu dinilai telah terjadinya kasus pelanggaran HAM berat tetapi tak begitu mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan.

Dalam rangka memperingati genapnya 11 tahun tragedi Takbai adalah peristiwa pengakuan sosial publik yang baik. Hilangnya warga sipil hampir ratusan nyawa. Namun rasa ketidakpercayaan oleh masyarakat Patani, dengan sistem proses peradilan internal yang tidak dapat membawa pelakunya ke pengadilan. Kegagalan proses keadilan hukum dengan menciptakan budaya tanpa bertanggung jawab bagi pelanggaran HAM berat, Bila mungkin mengurangi HAM sering kali tindakan pidana oleh pemerintah Thailand terhadap warganya, proses keadilan internal ini tidak dapat membawa pelaku di hukuman.

Oleh karena itu, kami Patani Students (Persakutuan Mahasiswa Patani), adalah organaisasi berpolitik oleh basis mahasiswa Patani akan mengikuti pada prinsip partisipasi dari rakyat Indonesia, mohon bekerjasama seluruh sektor lapisan rakyat dan masyarakat internasional, sebagai proses untuk melindungi hak-hak di berikut ini;

  1. Mohon kerjasama pada sektor kewarganegaraan Indonesia dan masyarakat internasional yang mencintai perdamaian dan demokrasi, bersama-sama mendorongkan pemerintah Thailand meratifikasikan terhadap kontitusi Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court-ICC) yang telah menandatangani bersepakati bahwa akan mengikuti prosedur dalam manajemen kebijakan dan mencegah pelanggaran HAM dan kejahatan terhadap rakyat.

  2. Mohon kerjasama sektor kewarganegaraan dan masyarakat internasional, bersama-sama mendorongkan untuk menciptakan sebuah badan “Pengadilan Hak Asasi Manusia di Asia Tenggara” untuk kesatuan dalam mekanisme dalam mencegah pelanggaran HAM.

  3. Mohon kerjasama sektor kewarganegaraan dan masyarakat internasional, bersama-sama mengamati dan mengawasi pelanggaran HAM dan hak berpolitik akibatnya, terancam stabilitas keamanan dan perdamain dunia.

Minggu, 25 Oktober 2015

Golongan Mahasiswa Patani Di Jakarta Menyambut 11 Tahun Peristiwa TAKBAI.




        Jakarta, pada 25 Oktober 2015, sekitar jam 08:00 – 10:00 WIB, bertempat di Glora Bungkarno Senayang. Golongan mahasiswa dan mahasiswa asli Patani dan teman-teman dari Indonesia juga turut bergabung untuk penyebar tentang peristiwa tragedi TAKBAI yang amat tidak prikemanusian dan prikeadilan terhadap bangsa-bangsa melayu Patani.
      
       Peristiwa teragedi TAKBAI ini berlaku sejak   25 Oktober 2004, peristiwa teragedi berdarah TAK BAI 11 (sebelas) tahun yang lalu tanpa ada KEBENARAN dan KEADILAN , kini kembali lagi dihati massa rakyat Patani. Sejarah demokrasi aktivis demokrasi rakyat Patani untuk membebaskan 6 (enam) orang sukarelawan pertahanan kampong yang ditahan tanpa bukti oleh pemerintahan Siam Thailand karena di sangka membuat laporan palsu setelah rompakan senjata yang dibagi oleh pemerintahan Siam Thailand. Demokrasi aman tanpa senjata diadakan untuk menggesa pihak pemerintahan Siam Thailand tempatan (Narathiwat) berlaku adil atas mereka yang tidak bersalah itu. Dengan tidak disangka-sangka, kekerasa dan pembunuhan yang diperolehi mereka. Sejarah hitam seperti itu telah menimpa nasib Bangsa Melayu Patani punca perjanjian Anglo Bangkok atau Anglo-Siamese Treaty 1909 berterusan. Dari satu tingkat ke satu tingkat nasib Bangsa Melayu Patani yang terjajah menimpa kesedihan dibawah hegemoni Siam (1765-1902) hingga sekarang. Kata pepatah orang tua-tua Melayu dahulu “sudah jatuh ditimpa tangga pula” maknanya sudah hilang tempat bergantung (dijajah) kecelakaan pula. Sedangkan demokrasi aman tanpa senjata itu dijamin oleh undang-undang Siam (UUS).


        Demokrasi TAk BAI yang aman tanpa senjata itu, bertukar menjadi medan perang yang ganas dalam sekelip mata, setelah polisi dan tentera Siam menembak gas pemedih mata, meriam air dan tembakan peluru kearah orang-orang awam yang berhimpun menyebabkan 28 (dua puluh lapan) orang shahid sekitar 6 (enam) balai polisi dan 22 (dua puluh dua) yang lain persisiran sungai TAK BAI, ramai yang tercedera dan 1300 orang yang ditahan. Dalam keadaan ramai yang pingsan dan cedera dipenuhi dengan darah akibat dipukul dan layanan buruk oleh polisi dan tentera Siam untuk menhentikan demokrasi tersebut. Tentera Siam tidak mengambil sebuah Ambulans pun atau pasuka perubatan untuk merawat bangsa-bangsa Melayu Patani yang bernasib malang itu.

       Setelah semalaman para aktivis demokrasi TAK BAI ditahan dibawah tanggungjawab tentera di kem Telaga Bakung Wilayah Patani, didapati 84 (lapan puluh empat) orang lagi shahid.  Matan perdana menteri Tahksin Sonowatra tahun (2001-2006) membuat kenyataan di parlemen bahawa mangsa-mangsa yang mati dalam tahanan Telaga Bakung itu karena puasa (sesak nafas). Jumlah orang-orang yang shahid 112 (satu ratus dua belas) orang dibulan Ramadhan 1425 H.
       Menurut komiti Hak Asasi Manusia (HAM) yang beribu pejabat di Bangkok atau National Human Rights Committee (NHRC). Mereka yang ditahan itu di pukul, ditendang dan ditumbuk, ada diantaranya diperlakukan begitu semasa berbaring diatas tanah dengan tangan terikat dibelakang.

        Rakyat Patani membantah sekeras-kerasnya cara tentera Siam menangani demokrasi TAK BAI mengakibatkan ramai para aktivis demokrasi terbunuh. Sikap hipokrit Bangkok telah melututkan kepercayaan rakyat Patani akan sistem demokrasi berparlimen Thailand. Menurut kepada fakta tragedi TAKBAI jelas menunjukakan Penglima Tentera bahagian 4 (empat), Gen Phisan Watthana Kiri sendiri ujud disebalik tindakan kekerasan yang tidak berprikemanusian itu.




"Selama belum ada pertanggungjawaban negara, terhadap pelanggaran hak asasi manusia) (HAM) berat (kejahatan kemanusiaan). Maka pelanggaran hak asasi manusia ini merupakan kejahatan yang akan terus berterusan"