This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 02 April 2019

Menolak Lupa : Genap 8 Tahun Kehilangan Tokoh Ilmuan Patani Yang Maut Ditembak, Jasa Mu Tetap Dikenang Selamanya

NARATHIWAT – Meningat kembali peristiwa penembakan keatas seorang Tuan Guru Haji Abdulwahab Shahabuddin, menyebabkan mangsa maut, kejadian ini berlaku di kawasan lalu lintas jalan raya Banggol Nat Tempat 5 Muqim Marbo’tok Daerah Ratget Wilayah Narathiwat, pada (01/04/2011), pukul 13:23 pm.

Laporan dari masyarakat tempatan mengatakan, pada hari Jumaat tanggal 27 Rabiul akhir 1432h, bersamaan 1 April 2011m, merupakan satu hari yang bersejarah pahit bagi keluarga Ma'had Mesbah El-Ulum, pada hari inilah kita telah kehilangan seorang tokoh yang menjadi pengasas, pembangun dan pemaju yang berjasa kepada Ma'had Mesbah El-Ulum. Beliau telah banyak menaburkan jasanya kepada masyarakat, dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak bangsanya.

Almarhum adalah seorang tokoh ilmuan dan ulama yang sentiasa memberikan tunjuk ajar kepada muridnya, demi melahirkan insan kamil dan manusia yang mencintai ilmu pengetahuan dan diredhai oleh Allah SWT. Almarhum Tuan Guru Haji Abdulwahab Shahabuddin telah menghembus nafas terakhirnya dan kembali ke rohmatullah di Hospital Ranget, Tanjung Mas (Ra'nget), pada jam 14.15 di hari Jumaat yang mulia "Innalillahi Wainna Ilaihi Rajiuun".

Pemergian almarhum adalah akibat daripada suspek yang menggunakan senjata berat, yang melepaskan beberapa das tembakan ke arah kenderaan yang dipandu oleh almarhum.

Sebaik saja almarhum selesai menunaikan fardu Jum'at di Masjid Banggolranab (Banggolraneng), dan didalam perjalanan dari masjid untuk pulang ke rumahnya di Ma'had Mesbah El-Ulum, Kampung Kubangbadak, Tempat 7, Mukim Marbol Tjatoh, Daerah Ra'nget (Rakeng), Wilayah Narathiwat.

Jenazah almarhum Tuan Guru Haji Abdulwahab bin Shahabuddin telah disolat jenazah di Masjid Ma'had Mesbah El-Ulum, tepat pada jam 21.00, di mana telah dihadiri oleh warga negara kurang lebih 2,000 orang. Yang terdiri daripada saudara mara, penduduk-penduduk setempat, masyarakat sekitar, para pelajar, rakan taulan dari jauh dan dekat bagi mengiringi jenazah almarhum kembali menemui Illahi, serta mengucapkan takziah diatas kehilangan almarhum sebagai kali terakhir. Jenazah almarhum Tuan Guru Haji Abdulwahab Shahabuddin telah disemadikan dan dikebumikan di tanah Perkuboran Banggol Renab (depan Masjid Banggolraneng).

Pemergian almarhum adalah satu lagi kehilangan yang sukar dicari ganti, kerana sewaktu hayatnya, selain dari penglibatan almarhum didalam membangun ilmu agama Islam kepada masyarakat, almarhum juga merupakan seorang tokoh yang bergiat cergas didalam mempertahankan dan memperkukuhkan kewujudan bahasa Melayu di bumi Patani tercinta ini.

Semoga Allah SWT. sentiasa mencucuri rahmat ke atas roh almarhum dan ditempatkannya sebarisan dengan para mujahid yang telah mengorbankan dirinya didalam menyebarkan risalah Ilahi di dunia, آمين

"Pulau Pandan jauh ke tengah,
Gunung Daik bercabang tiga.
Hancur badan di kandung tanah,
Budi baik dikenang selama-lamanya".












Senin, 01 April 2019

Patani; Perjuangan Pembebasan dan Iredentisme

Konflik yang sudah berlangsung lebih dari dua ratus tahun lebih yang terjadi di Thailand Selatan adalah konflik yang berbasis berelemen identitas etnis merupakan salah satu contohnya. Konflik ini seakan-akan membenarkan asumsi bahwa globalisasi dan situasi pasca Perang Dingin mengubah bentuk dan sifat konflik.

Masa Perang Dingin ditandai dengan banyaknya pertikaian bersenjata antarnegara yang merupakan bentuk-benuk proxy war karena terlibatnya kekuatan adikuasa di balik perang-perang tersebut. Setelah perang dingin sifat konflik seringkali dikatakan berubah dari konflik antarnegara menjadi konflik di dalam negara yang diwarnai dengan berbagai benturan identitas.

Konflik yang terjadi di Thailand Selatan tidaklah selalu relevan dengan asumsi tersebut sebab konflik ini telah berlangsung lebih dari dua abad. Namun benar jika dikatakan bahwa fenomena globalisasi sedikit banyak berpengaruh pada perjuangan masyarakat Muslim Thailand Selatan.

Terdapat tiga organisasi utama sebagai wadah perjuangan kaum muslim Thai, yaitu BNPP (Barisan Nasional Pembebasan Thai), BRN (Barisan Revolusi Nasional), dan PULO (Pattani United Liberation Organization).Ketiganya sama-sama berjuang untuk kebebasan dan mengurangi dominasi pemerintah Thailand.

Menurut Suhrke Burr, A. (1977). dalam Group Ideology, Consciousness and Social Problems: A Study of Buddhist and Muslim mengatakan Merdeka menjadi tuntutan dan target tertinggi karena “Hanya dengan kemerdekaan tujuan melayani rakyat dapat tercapai,” Perlu diketahui bahwa strategi perjuangan kaum Muslim Thai terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu pemisahan diri total, dan penggabungan dengan federasi Thai dalam bentuk otonomi dan penggabungan diri dengan Malaysia.

Sekalipun ketiga-tiganya merupakan hal yang sangat sulit terwujud, perjuangan dengan elemen iredentis merupakan tujuan yang hampir tidak mungkin tercapai. Perjuangan iredentisme lebih sulit dilakukan daripada perjuangan pemisahan diri karena resiko kegagalannya lebih besar daripada perjuangan pemisahan diri. Perjuangan iredentis harus mampu melepaskan diri terlebih dahulu dari “negara induk”nya sebelum bergabung dengan negara tujuan.

Perlawanan besar pertama kali terjadi pada November 1945 diprakarsai oleh Tengku Abdul Jalil. Ulama ini meminta dukungan Inggris bagi pembebasan Thai Selatan dengan petisi yang berbunyi:
                  
“Patani adalah negara Melayu, yang sebelumnya dipimpin oleh Raja-raja Melayu selama beberapa generasi. Sekarang bangsa-bangsa Sekutu harus membantu pengembalian Negara ini ke Melayu, agar kami dapat bersatu dengan Negara-negara Melayu lainnya di semenanjung .”

Setelah perlawanan 1945, terjadi beberapa kali kejadian serupa. Perjuangan bangsa Patani ini merupakan hal tak kunjung padam dan menjadi salah satu perjuangan pembebasan paling lama. Bagi pemerintah Thailand, masalah Thailand Selatan menjadi masalah nasional utama yang mengganggu dalam upaya nation building dan selalu menjadi faktor destabilitas nasional. Perjuangan tersebut berakar dari beberapa sebab utama, di antaranya:

Politik asimilasionis yang berlebihan dari pemerintah Thailand menyebabkan terancamnya identitas Melayu. Dalam upaya nation building, pemerintah Thailand menggunakan strategi asimilasionis yang berlebihan kepada rakyatnya.

Bagi bangsa Patani, cara-cara represif merupakan simbol penolakan identitas Melayu mereka sampai sekarang, karena pemerintah Thai menghendaki satu masyarakat Thai dengan identitas Thailand. Pendekatan militer semakin menjauhkan tujuan integrasi yang hendak dibangun. Penyeragaman tersebut menyebabkan rakyat Patani secara sistemik dimarginalkan dari mainstream politik, sosial, ekonomi Thailand.

Cara-cara represif yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut membuat rakyat Patani merasa teragregrasi ke dalam kutub yang berlawanan dengan kebijakan pemerintah. Contohnya, pemerintah tidak mendukung penggunaan bahasa Melayu, apalagi mengajarkannya sekalipun sebagai bahasa kedua di sekolah-sekolah

Selain itu Pondok yang merupakan lembaga pendidikan utama kaum Muslim Melayu Patani terancam keberadaaannya setelah Pemerintah Thailand memberlakukan Compulsary Education Act pada tahun 1921. Peraturan baru ini mengharuskan para siswa muslim untuk bersekolah di lembaga pendidikan formal sekuler yang dikelola oleh pemerintah.

Demikian itu, Peraturan baru ini membawa implikasi luas bagi keberadaan lembaga pendidikan Islam, seperti tidak diakuinya ulama oleh negara, terjadinya persaingan antara sekolah sekuler dan pondok dalam hal menciptakan solidaritas di antara masyarakat, menurunnya status sosial, politik dan ekonomi ulama. Ketika pemerintah menggabungkan sekolah agama dengan sekolah sekuler dalam sistem pendidikan nasional, terdapat resistensi kuat dari para elite agama.

Sejak saat itu secara periodik sering terjadi perlawanan dan pemberontakan. Ketidakpuasan atas peraturan baru tersebut mendorong Haji Sulong, pada tahun 1940-an pemimpin Dewan Islam Patani, pada tahun 1940-an, atas nama propinsi Yala, Pattani, Narathwat, dan Satun untuk mengajukan sejumlah tuntutan kepada pemerintah Thai agar Bangkok “to support education in the Malay medium up to the fourth grade in parish schools within the four provinces” dan “use the Malay language within government offices alongside Thai”.

Selain itu, mereka menuntut diberikannya posisi kepada seorang Muslim yang lahir di wilayah-wilayah ini yang memungkinkannya memiliki kekuasaan untuk mengatur segala urusan yang berkaitan dengan empat provinsi tersebut. Hal lain yang menjadi tuntutan mereka adalah diberikannya 80 persen muslim yang lahir di empat propinsi tersebut menjadi pegawai pemerintah yang ditempatkan di wilayah-wilayah tersebut. Tuntutan ini berakhir dengan dibubarkannya Dewan Islam Patani dan “hilang”nya Haji Sulong. Tragedi ini menyulut pemberontakan-pemberontakan berikutnya

Ikatan historis dan psikologis dengan bangsa Melayu di Malaysia

Seperti disebutkan di atas, salah satu alasan kuat rakyat Patani membangkit Perlawanan adalah karena keinginan Merdeka yang utama dan juga mereka bergabung dengan klin ethnic di wilayah Kedah, Kelantan dan Trengganu, yang merupakan bagian dari sejarah masa lalu bangsa Melayu. Menurut Burr Terdapat cukup banyak bukti empiris mengenai kehendak kaum muslim Patani bergabung dengan Malaysia.

Secara historis, dukungan berasal dari negara bagian Kelantan di Malaysia. Poros Kelantan-Patani bertujuan melepaskan Patani dari kekuasaan kerajaan Siam. Pada masa-masa awal perjuangan, beberapa kelompok pejuang memiliki tujuan yang berbeda tentang Merdeka diri dari pemerintah Thailand, walaupun beberapa kelompok perjuangan iredentis masih menghendaki menjadi bagian Malaysia.

Beberapa elemen masyarakat Malaysia memberi dukungan moral kepada muslim Patani, seperti yang diberikan oleh Parti Islam se-Malaysia (PAS). Hal ini merupakan perkembangan menarik, bahwa iredentisme Patani tidak berkembang menjadi konflik antar Negara (dalam hal ini antara Malaysia dan Thailand). Hal ini diistilahkan oleh Suhrke (1975) sebagai “irredentism contained”.

Perbedaan etnis antara Thai dengan Melayu berdampak pada keterbelakangan ekonomi di Patani, Thailand Selatan. Kesenjangan ekonomi tersebut disebabkan karena pemerintah Thai dianggap kurang memberi perhatian pada kesejahteraan rakyat setempat. Situasi ekonomi seperti ini bisa jadi merupakan fakta sekaligus persepsi mereka pada sikap pemerintah Thai.

Secara faktual, kemakmuran Muslim di wilayah ini lebih rendah dibandingkan dengan wilayah lain di Thailand, apalagi dibandingkan dengan rakyat di Malaysia. Hal ini dapat menyebabkan kecemburuan di kalangan Muslim Patani, terutama di propinsi.

Program-program pembangunan yang tidak cukup dilakukan di wilayah selatan juga menyebabkan jurang yang lebih lebar antara dua etnis yang berbeda di Thailand. Selain itu proyek-proyek pemerintah yang tidak dilakukan di wilayah selatan dianggap sebagai kurangnya perhatian bagi mereka. Secara persepsional, pemerintah Thai dapat dianggap diskriminatif.

Jika pemerintah membangun proyek di Thai Selatan, menurut perspektif kaum muslim Patani pemerintah Thailand melakukan invasi teritorial atas wilayah mereka.

Oleh karena itu wajar bila muslim Patani mengorganisasi diri untuk melakukan perlawan untuk pembebasan diri. Beberapa sarjana melukiskan kondisi ini sebagai “kolonisasi internal”

Sumber : TUNAS Online, 01 April 2019.
Photo : ist/thedailyjournalist

Peran Perempuan Patani Dibawah Tekanan Militer


15 Tahun kerusuhan konflik dan kekerasan di Patani, provinsi di perbatasan selatan yaitu provinsi Narathiwat, Yala, Pattani, Setun, dan lima distrik dalam provinsi Songkhla telah mengakibatkan banyak kehilangan nyawa dan harta benda merusak mendampak terhadap kondisi sosial masyarakat dan penghidupan rakyat awam. Lebih-lebih lagi itu kondisi mental, perasaan, dan masyarakat secara langsung dan tidak langsung. Salah satunya yang harus menerima nasib penderitaan berat adalah perempuan dan anak.

Dikutip dari media page Facebook Perwani, baru-baru ini Persatuan Perempuan Patani (PERWANI) menyelenggarakan kegiatan diskusi tingkatkan kemampuan perempuan dengan pembangunan perdamaian (Bicara Perempuan Patani) digelar di tempat pusat pendidikant taman didikan kanak-kanak (tadika), Masjid Nurhayatuf Syarif, distrik Sabayoi, Provinsi Songkhla, Jum’at (22/3/2019) pekan lalu.

Kali ini Bicara Perempuan Patani mengangkat tema “Peranan dan Fungsi Perempuan dalam membangun keluarga bahagia”, acara ini menghadiri peserta ibu-ibu di masyarakat sekitar.

Perwani melakukan berbagai kegiatan di daerah yang terjadi konflik, seperti memberikan pelatihan dan pendampingan terhadap para janda yang suaminya menjadi korban kekerasan militer. Namun, para militer Thailand yang bertugas di Patani selalu mengencam dan tindakannya yang menekankan agar program kegiatan yang dilakukan oleh Perwani tidak bisa dilaksanakan dengan baik.

“Banyak tantangan yang dihadapi kami saat menjalankan program di masyarakat karena pemerintah tak mendukung kami, bahkan kantor kami pernah didatangi militer. Begitu juga ketika kami turun ke kampung karena militer selalu memantau kami,” kata Huda binti Husen aktivis Perwani, sebagaimana dikutip dari tabloidjubi.com.

Pewani adalah kelompok civil society organizations (CSO) yang mengkampanyekan hak-hak perempuan Patani, terutama mereka yang jadi korban kekerasan. Perwani berharap membangun kekuatan dalam menjaga perlindungan hak dalam tekanan agar mereka bisa hidup sehari-hari seperti masyarakat umumnya dan siap untuk menghadapi berbagai masalah di tengah-tengah kerusuhan yang terjadi.

Huda melanjutkan bicaranya dengan wartawan Jubi di Patani, kami memotivasi dan mendampingi para perempuan untuk meningkatkan ekonomi keluarganya. Terutama para janda, bagaimana mereka membentuk kelompok usaha. Kami juga memberi pemahaman kepada remaja wanita mengenai hak asasi, hukum dan lainnya, agar mereka bisa melanjutkan perjuangan para aktivis di Patani.

“Namun kadang ketika kami akan membuat program pelatihan di kampung, ada kepala kampung yang tak mengizinkan, karena takut militer. Ketika kegiatan kami berlangsung, banyak militer datang. Akhirnya ibu-ibu ketakutan. Mereka takut ditangkap militer setelah pulang ke rumah,” pungkasnya.

Sumber : TUNAS Online, 31 Maret 2019.
Photo : PERWANI.

Minggu, 31 Maret 2019

Tujuh Tentera Thailand Cedera Dalam Serangan Letupan Bom di Wilayah Narathiwat


Narathiwat – Pihak tentera Thailand melakukan sasatan di kawasan letupan bom, sasatan ini dilakukan di kawasan lalu lintas jalan raya Tempat 1 Muqim Riko Daerah Sungai Padi Wilayah Narathiwat, pada (30/03/2019).

Laporan dari pihak tentera Thailand mengatakan, letupan bom terjadi sebanyak 3 kali dengan waktu dan jarah yang berbeza.

Letupan bom terjadi keatas dua buah kereta tentera Thailand, menyebabkan mangsa 7 orang cedera, mangsa yang cedera adalah tentera Thailand bahagian pemeriksaan bom (EOD).

Saat ini, mangsa yang cedera sedang mendapatkan rawatan di hospital Wilayah Narathiwat.

Demikian, ketua tentera Thailand yang mengawasi wilayah Selatan Thai mengadakan lawatan di hospital untuk melihat dan memberikan sagu hati kepada mangsa yang cedera dalam letupan bom.

Keterangan kawasan dan waktu kejadian :-

1. Kawasan Cerae Tempat 1 Muqim Riko Daerah Sungai Padi Wilayah Narathiwat, pukul 10:40 am.
2. Kawasan Cerae Tempat 1 Muqim Riko Daerah Sungai Padi Wilayah Narathiwat, pukul 12:20 pm.
3. Kawasan Cerae Tempat 1 Muqim Riko Daerah Sungai Padi Wilayah Narathiwat, pukul 12:30 pm.

Keterangan nama-nama mangsa :-

1. Sanachai Chitrapet (cedera).
2. Wititchai Rotlae (cedera).
3. Wittiya Chupra (cedera).
4. Sakon Mae (cedera).
5. Prason Senlat (cedera).
6. Warewut Sannat (cedera).
7. Sucau Klongyot (cedera).

Sumber : Media Informasi News (MIN).





Mahkamah Menjatuhkan Hukuman Penjara Keatas 12 Orang Warga Sipil Patani


Yala - Pihak mahkamah menjatuhkan hukuman penjara Keatas 12 orang warga sipil Patani (Thailand Selatan), hukuman ini di keluarkan oleh hakim di mahkamah kawasan Daerah Muang Wilayah Yala, pada (27/03/2019), pukul 09:00 am.

Laporan dari pihak Mahkamah mengatakan, ada 12 orang warga sipil Patani (Thailand Selatan) yang akan di penjara, ada yang di penjaran 2 tahun, 10 tahun, dan 11 tahun.

Mereka ditangkap kerana di syaki sebagai perlaku pembakaran keatas sebuah bas, menyebabkan bas tersebut musnah terbakar, kejadian ini berlaku di kawasan lalu lintas jalan raya Daerah Benang Star Wilayah Yala, pada (18/12/2017).

Setelah dari kejadian pembakaran bas, pihak tentara Thaialnd melakukan operasi secara besar-besaran keatas beberapa perkampungan warga sipil Patani (Thaialnd Selatan).

Dalam operasi tersebut, tentara Thailand menangkap seramai 37 orang warga Patani (Thailand Selatan), pada (04-19/01/2018).

Operasi besar-besaran yang lakukan, dengan tujuan untuk menangkap sesiapa yang di syaki oleh tentara Thailand sebagai perlaku dalam kejadian tersebut.

Organisasi Hak-hak Asasi Internasional Human Right Watch HRW pernah mengatakan, kekerasan di Patani terjadi sejak 1960, akibat sikap pemerintah terhadap warga Muslim.

HRW pernah merekomendasikan agar pemerintah Thailand bersikap adil dengan menghukum pejabat atau aparat yang melakukan tindak pelanggaran HAM. Pemerintah juga harus memperbaiki sistem pendidikan, ekonomi, kesehatan dan pelayanan publik lainnya.

Sumber : Media Informasi News, dan Indonesiainside.id



Anak-anak Palestina Alami Siksaan Berat di Penjara Israel

Pada 27/03/2019 - Lembaga yang fokus menangani penjara, Palestinian Prisoners’ Club (PPC) Qaddoura Fares mengatakan, lebih dari 220 anak-anak Palestina di bawah umur berada di penjara-penjara Israel, termasuk delapan anak perempuan.

“Penggerebekan Israel untuk menahan anak-anak Palestina dilakukan setiap hari,” kata Fares, seperti yang dikutip Memo, Selasa (26/03/2019). Fares dalam pernyataannya mengungkapkan bahwa anak-anak Palestina di bawah umur menjadi sasaran penyiksaan berat oleh pasukan penjajah dan interogator Israel.

Selain itu, ia menekankan bahwa anak-anak Palestina menderita “kondisi yang keras dan tidak manusiawi” di penjara-penjara Israel.

“Penjara, tempat anak-anak ditahan, tidak memiliki kriteria internasional untuk hak anak-anak dan tahanan,” kata Fares.

“Mereka menderita kekurangan makanan, kebersihan, ventilasi dan penerangan yang layak, serta dari serangan penyakit, dan kurangnya perawatan medis. Mereka juga menderita karena kurangnya pakaian yang layak,” tambanya.

“Mereka benar-benar terputus dari dunia luar, tidak ada kunjungan keluarga, tidak ada pekerja sosial dan ditahan dengan tahanan lama. Penjahat Israel yang memukuli mereka dan melakukan pelecehan seksual terhadap mereka.” tutup Fares

Sumber : duniaekspress.com, 26 Maret 2019.

Sabtu, 30 Maret 2019

Bangsa Perak dan Pejuang Pattani 1948

1) Perak @ Haji Abdul Rahman

Peristiwa Dusun Nyior (Narathiwat), Thailand,telah berlaku pada  26 April 1948 akibat tindakan polis Siam yang menyerang secara membabi buta umat Islam seramai 60 /80 orang  yang sedang berkumpul di Surau Kampung Teka, Dusun Nyior atas tuduhan ingin menggulingkan kerajaan.

Serangan polis Siam tersebut menyebabkan ratusan umat Melayu Pattani bangun melawan polis Siam. Seramai 400- 600 umat Melayu mati syahid dalam kebangkitan ini.  Manakala 30 orang polis Siam terkorban.

Perlawanan/ Kebangkitan ini menurut Mohd. Zamberi A.Malek diketuai oleh Tuk Perak atau Haji Abdul Rahman yang berasal dari Perak. Kemungkinan besar dari daerah Hulu Perak, Pengkalan Hulu@ Kroh, Gerik mahupun Kampung Belum yang tidak jauh dengan Kampung Dusun Nyior.

2) Ahmad Boestamam

Dalam buku "Dr.Burhanuddin Putera Setia Melayu Raya,", Ahmad Boestamam menulis bahawa setelah pengharaman PKMM dan sayap pemudanya Angkatan Pemuda Insaf( API) pada tahun 1948, dia bertemu dengan  Mohd Amin, anak Tuan Guru Haji Sulung di Taiping.

Setelah berbincang dan bertukar pendapat, Ahmad Boestamam setuju untuk menghantar  puluhan anggota API untuk berjuang di Pattani.

Semua mereka akan berkumpul di Padang Rengas pada mulanya, kemudian akan berangkat ke Gerik dan akhirnya menunggu kedatangan utusan Pejuang Pattani  di Kampung Lalang, Baling, Kedah.

Tapi setelah menunggu seminggu di dalam hutan, utusan yang dijanjikan tidak kunjung tiba, akhirnya semua mereka pulang dengan linangan air mata.

Angkatan mereka terpaksa dibubarkan.

Sumber : revolusimelayubaru.blogspot.com, 19 Maret 2019.

Guru Al-Fadani : Syekh Ibrahim Ibn Daud Al-Fathani

Kepakaran Syaikh Ibrahim ibn Daud al-Fathani dalam berbagai disiplin ilmu agama, terutama bidang tafsir telah mengantarkannya sebagai salah seorang pengajar di Masjidil Haram, menggantikan pamannya, Syaikh Muhammad ibn Abdul Qadir al-Fathani. Pengajiannya ramai akan thalabah yang berdatangan, terlebih dari kalangan Melayu (Jawi). Tidak bosan-bosannya santri Jawi mengunjungi halaqahnya sebab penyampaian materinya tidak membuat jemu bagi yang mendengarnya.

Syaikh Ibrahim al-Fathani lahir kota suci Makkah pada 1320 H/1902 M. Ia merupakan putra dari Syaik Daud ibn Abdul Qadir ibn Abdullah ibn Idris al-Fathani. Jika diruntut, nasabnya masih bertemu dengan Syaikh Daud ibn Abdullah al-Fathani, salah seorang ulama Patani (Thailand) yang masyhur dengan kealimannya yang menjadi salah satu pengajar di Masjidil Haram dan mempunyai banyak karya, baik berliteratur Arab maupun Jawi. Titik temunya tersebut bertemu di Syaikh Abdullah ibn Idris al-Fathani.

Lingkungan yang ditempati Syaikh Ibrahim al-Fathani dikenal penuh dengan keilmuan dan kereligiusan. Ayahnya, Syaikh Daud al-Fathani sangat memperhatikan masalah pendidikannya sejak usia dini. Dimasukkanlah ia di di kuttab (madrasah al-Qur’an) yang diasuh oleh Sayyid Husein al-Maliki. Sering sekali ia diajak sang guru untu bertawaf di Masjidil Haram dan menghadiri halaqah para ulama yang mengajar di serambi Makkah. Di kuttab yang diasuh oleh Syaikh Husein al-Maliki, Syaikh Ibrahim al-Fathani telah menghafalkan al-Qur’an 30 juz secara tuntas. Sang guru sangat puas dengan prestasinya. Ia termasuk salah satu murid andalannya.

Setelah menghafalkan al-Qur’an, Syaikh Ibrahim al-Fathani melanjutkan belajarnya di Madrasah al-Hasyimiyyah selama 5 tahun. Kemudian, ia fokus menghadiri halaqah keilmuan yang diselenggarakan di Masjidil Haram, di antara syaikhnya adalah Syaikh Muhammad ibn Abdul Qadir al-Fathani (pamannya), Syaikh Muhammad Ali ibn Husein al-Maliki, Syaikh Said ibn Muhammad al-Yamani, Syaikh Hasan ibn Said al-Yamani, Syaikh Muhammad Yahya Aman, Syaikh Isa ibn Muhammad Rawas, Syaikh Umar Hamdan al-maHrusi, Syaikh Umar ibn Abu Bakar Bajunaid, Syaikh Abbas ibn Abdul Aziz al-Maliki, Syaikh Muhammad Habibullah al-Sinqithi, Syaikh ‘Ais al-Fardhi, Syaikh Ahmad Abdullah Nadhirin, dan Syaikh Muhammad Amin al-Kutbi.

Dengan penuh ketekunan Syaikh Ibrahim al-Fathani mempelajari ilmu yang sudah ditransmisikan kepadanya. Ditopang dengan al-Qur’an yang sudah dihafalkannya, ia dapat mengkaji ilmu tafsir dan fikih dengan mendalam sebab dalil atau hujjah utamanya sudah dikuasai. Oleh sebab itu, saat pamannya, Syaikh Muhammad Abdul Qadir wafat, ia ditunjuk penguasa Haramain untuk menggantikan posisinya dalam mengajar di Masjidil Haram. Peristiwa ini terjadi pada 1350 H/1931 M. Wadifah itu berlanjut hingga akhir hayatnya. Tempat pengajiannya berada di Bab al-Salâm dan Bab al-Nabi serta di Serambi antara Bab al-Salâm dan Qayatabi. Masanya setelah Magrib dengan materi spesial yaitu tafsir al-Qur’an dan fiqih. Selain itu, ia juga mengajar Gramatika Arab, ushul fiqih, dan Hadist seperti kitab Takhrîj al-Furu’ ‘alâ al-Ushûl dan kitab Riyâdhu al-Shâlihîn.

Karena takut kajiannya akan membuat bosan thalabahnya, maka Syaikh Ibrahim al-Fathani menyelingi dengan sebuah nasehat dan petunjuk, serta cerita-cerita yang mengandung hikmah. Ia mengupayakan materi yang disampaikan akan kedengaran mudah. Semua itu dikerjakannya dengan penuh keikhlasan dan amanah. Jika dirasa masih ada materi yang belum dipahami oleh muridnya, maka ia tidak akan berpindah ke pembahasan yang lain. Ia mempersilahkan kepada mereka untuk bertanya dan pertanyaan tersebut akan dijawabnya dengan penuh tanggung jawab. Dengan metode seperti ini, maka tidak mengherankan jika murid-muridnya banyak yang menjadi alim di antaranya adalah Syaikh Yasin ibn Isa al-Fadani dan Syaikh Abdul Wahhab IBRAHIM.

Meskipun jasad Syaikh Ibrahim al-Fathani berada di Haramain, namun ia sangat memperhatikan tanah leluhurnya, yaitu Malaysia. Beberapa kali ia mengunjungi Malaysia untuk tujuan dakwah dan meniupkan semangat dalam menyebarkan agama Allah. Selain Malaysia, negara yang pernah dikunjunginya adalah Hindia.

Syaikh Ibrahim al-Fathani sangat akrab dengan ulama Melayu yang bermukim di Haramain seperti Syaikh Muhsin ibn Ali al-Palimbani, Syaikh Muhaimin al-Lasemi, Syaikh Zubair ibn Ahmad al-Filfulani, Syaikh Ahmad al-Qisthi, Syaikh Husein ibn Abdul Ghani al-Palimbani, dan Syaikh Yasin ibn Isa al-Fadani. Ketika akhâbiru (pembesar) ulama Melayu, khususnya Indonesia mendirikan Madrasah Dar al-Ulum pada 16 syawwal 1352, Syaikh Ibrahim al-Fathani diminta untuk ikut serta dalam mengajar di dalamnya. Dengan senang hati ia mengabulkan permintaan tersebut. Madrasah Dar al-Ulum didirikan disebabkan ada salah satu pelajar dari Nusantara dicaci maki oleh salah seorang syaikh di Madrasah Shaulathiyyah sebab membaca koran yang berbahasa Melayu. Karena menyangkut-nyangkut nama kebangsaan Indonesia, maka pembesar ulama Indonesia sepakat menarik semua syaikh dan siswa yang belajar di Shaulathiyyah untuk pindah di Dar al-Ulum. Ulama yang didaulat sebagai mudir pertamanya adalah Syaikh Muhsin ibn Ali al-Palimbani.

Syaikh Ibrahim al-Fathani tidak hanya mengajar di Masjidil Haram dan Madrasah Dar al-Ulum. Ia juga mempunyai wadifah mengajar di Ma’had al-Ilmiyyi al-Sa’udiyyi, kediaman Syaikh Husein ibn Ali al-Maliki, dan di Madrasah Tahdhir al-Bi’stat.

Jika dirasa masih kurang puas dengan keterangan ilmu yang disampaikan Syaikh Ibrahim al-Fathani selama mengajar di sebuah majlis, maka sebagian thalabahnya terkadang mendatangi kediamannya untuk bertanya. Rumahnya terbuka untuk umum sebagai tempat berlabuh untuk mendikusikan masalah agama, baik yang datangnya dari muridnya atau masyarakat umum. Ia sering dimintai fatwa untuk menghilangkan ganjalan-ganjalan atas problematika yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Dengan senang hati Syaikh Ibrahim al-Fathani akan melayani permintaan tersebut.

Jika tugasnya mengajar dan melayani masyarakat sudah selesai, maka Syaikh Ibrahim al-Fathani menggunakan sela-sala waktunya untuk mengarang sebuah kitab. Ia tergolong ulama yang produktif. Di antara karya tulis yang dihasilkannya adalah Nahj al-Burdah, kitab al-Faraidh, Tafsîr al-‘Asyar min al-Qur’ani al-Karîm, Syarah Riyâdu a-Shâlikin (belum sempurna), dan Nadzam Ishtilahat al-Minhhaj fi Hikâyati al-Khilâf.

Nama Syaikh Ibrahim al-Fathani yang semakin mengembang membuat jadwal dakwahnya semakin memadat. Ia ditawari untuk mengisi acara dakwah di radio milik pemerintah Saudi Arabia dengan kajian ilmu Hadist dan tafsir. Beberapa kali ia diminta untuk menulis di majalah. Ia pernah menulis syair sebanyak 50 judul yang isinya menyayat hati pembacanya.

Kecintaan Syaikh Ibrahim al-Fathani terhadap ilmu, menumbuhkan hobi untuk mengumpulkan beberapa karya tulis dari berbagai jenis kajian. Ia mempunyai perpustkaan khusus yang di dalamnya berisi banyak kitab. Kitab-kitab koleksinya tersebut diwakafkan di maktabah universitas Umm al-Qura menjelang kewafatannya. Ia kembali ke Rahmatullah pada hari Selasa 13 Sya’ban 1413 H/1992 M.

Oleh :  Amirul Ulum, Khodim Ulama Nusantara Center
Sumber : LADUNI.ID

Jalan Terus Agenda “Penyelesaian Konflik Patani”

Masalah proses pembicaraan “perdamaian” di wilayah perbatasan selatan atau Patani setelah mendapat pemerintahan baru yang terpilih dalam pemilu harus maju menempatkan masalah pembicaraan dengan Majelis Amanat Rakyat Patani (MARA Patani). Tetapi harus menunggu langkah prosedur untuk mengangkat perdana menteri ke-30 Thailand, mungkin di sekitar bulan Juni nanti.

Di anggap menjadi persoalan utama bagi PM baru Thailand harus kunjungi setiap bangsa dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau lebih populer dengan sebutan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) untuk memperkenalkan diri sebagai ketua negara anggota ASEAN. Salah satunya adalah pergi bertemu dengan Dr. Mahathir Mohamad PM Malaysia dalam hal berdiskusi menekankan tentang berjalan terus dalam perkara saling membantu bersama untuk menyelesaikan masalah konflik di Patani yang telah lama.

Sejak tahun 2019, Negara Thailand bertanggung jawab sebagai ketua ASEAN yang mengundang semua masyarakat Thailand menjadi tuan rumah yang baik, bersama itu akan menentukan hari pelaksanaan rapat bersama para pemimpin negara tingkat ASEAN pada bulan Juni mendatang, dan sekali lagi di bulan November tahun ini. Sebagai pemimpin ASEAN mesti harus berjalan terus untuk mewujudkan perdamaian dan stabilitas untuk menjamin keamanan warga ASEAN.

Maka itu pemerintah Thailand berharap bahwa dimensi dari masalah perbatasan selatan kemungkinan akan menjadi contoh negosiasi yang mengalami kemajuan di tingkat yang menyentuhkan lebih banyak soal “perdamaian”.

Pemerintah baru mungkin bukan penyihir yang akan membuat semuanya berakhir dengan damai dalam semalam. Namun, demikian harus siap membuat dilihat berusaha yang akan mencapai hasil sebanyak mungkin. Semuanya akan terus berjalan terus secara bertandingan. Sementara Thailand berada dalam masa perubahan politik tapi dalam tingkat pekerjaan di wilayah konflik terutama pasukan tentara angkatan darat divisi 4, Letnan Jenderal Pornsak Poolswat sebagai komandan telah bertindak mengkoordinir tugas dengan Jenderal Udomchai Thammasaroraj sebagai ketua delegasi pembicaraan damai Thailand.

Pada 21 Maret yang lalu, pemerintah diadakan rapat segi praktis di hotel Park View Risort, distrik Muang, Provinsi Pattani menghadiri berbagai sektor masyarakat berpartisipasi dalam pertemuan kegiatan workshop. Komandan tentara angkatan darat divisi 4 mengatakan dalam rapat bahwa untuk masalah di wilayah perbatasan selatan harus membicarakan dengan mengumpulkan berbagai informasi yang menjadi kebutuhan dari masyarakat di kawasan tersebut yang sebenarnya, adanya semua sekitar 290 daerah. Dengan demikian untuk membuat pemahaman yang pihak petugas keamanan harus membuka ruang bagi masyarakat dapat berbicara menyampaikan pendapat mereka secara lebih luas untuk menerima informasi itu.

Hal senada yang diungkapkan oleh Jenderal Udomchai mengatakan bahwa terlepas ini diadakan pembicaraan dengan wakil kelompok MARA Patani, dan Malaysia berstatus sebagai fasilitator, pembicaraan dengan kelompok perbedaan pendapat itu harus membuka ruang keamanan, berbicara dengan semua kelompok yang memiliki pendapat yang berbeda, dirinya percaya bahwa perbedaan pendapat bukanlah masalah.

Yang menarik dan sesuai, bagi polisi kolonel Thawi Sodsong mantan sekretaris jenderal Southern Border Province Administrasi Center (SBPAC), saat ini menjabat sebagai sekretaris jenderal partai prachachat mengatakan sebelum datangnya hari pemilu 24 Maret yang lalu, diantara partainya sedang berkampanye di lapangan olahraga, distrik Yaring, Provinsi Pattani, ia mengajak semua masyarakat meninjau bahwa jika melihat inti daripada pembicaraan saat itu hanya mengangkat masalah pembicaraan mengenai persoalan proses menyelesaikan masalah konflik di wilayah perbatasan selatan dengan konten yang harus digarisbawahinya.

Thawi menambahkan bahwa proses penyelesaian masalah “konflik Patani” terdapat banyak pihak yang memberikan solusi tetapi ingin untuk mereka terlibat lebih banyak dalam proses penyelesaian masalah ini. Setiap orang adalah warganegara Thailand. Walaupun memiliki pendapat pikiran yang berbeda, keyakinan, budaya, adat istiadat, dan agama tetapi semua adalah saudara. Namun, di sini mempunyai salah satu cara untuk bisa menyelesaikan masalah adalah pembicaraan untuk perdamaian bersama mendorong melahirkan perubahan daripada kekerasan menuju proses secara damai yang harus ada baik cara pemulihan dan kenyamanan.

Mantan Sekjen SBPAC mencoba memfokuskan untuk dilihat dengan jelas bahwa penerapan multikultural di wilayah ini bisa menyelesaikan semua persoalan di wilayah konflik itu, karena multikultural adalah sebagian besar yang tidak bisa dari satu kebudayaan mendominasi ke atas kebudayaan yang lain dan memaksa untuk mengikuti pada salah satunya sahaja, jika tidak seperti itu akan membawa kepada menimbulkan masalah perselisihan, semua harus memiliki hak yang setara, tidak kira perempuan atau laki-laki semua mempunyai hak yang sama.

Akhirnya, dia membuat kesimpulan bahwa “peristiwa kerusuhan di wilayah perbatasan selatan bukan hanya masalah dari orang tiga wilayah sahaja tetapi adalah masalah negara, maka proses penyelesaian harus dari setiap pihak dan sebagai agenda negara.

Maka itu, mungkin akan menjadi pertimbangan bagi pemerintahan baru bahwa ia akan meletakkan kepentingan dengan agenda “penyelesaian konflik Patani” berada di posisi mana yang lebih baik untuk tidak berlarut-larut lama lagi.

Sumber : TUNAS Online, 30 Maret 2019.
Photo : Ilustrasi/REAL Frame.

Jumat, 29 Maret 2019

Menolak Lupa : Genap 2 Tahun Penembakan Yang Dilakukan Oleh Tentera Thailand Keatas 2 Orang Warga Sipil Patani (Thailand Selatan).

NARATHIWAT – Meningat kembali peristiwa penembakan yang dilakukan oleh tentera Thailand keatas 2 orang warga sipil Patani, kejadian ini berlaku di kawasan lalu lintas jalan raya Tebing Lutut Tempat 8 Koksato Daerah Resak Wilayah Narathiwat, pada (29/03/2017), pukul 13:30 pm.

Laporan dari masyarakat tempatan mengatakan, pihak tentera Thailand melakukan operasi dan menahan sebuah kereta milik warga sikil, serta tentera Thailand melancarkan penembakan keatas 2 orang warga sipil Patani, menyebabkan mangsa maut ditempat.

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan kepada mereka dan mereka bergembira hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang mereka yang belum menyusul, bahawa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati .” (Ali Imran: 169-170)

Sebalik dari kejadian penembakan ini, tentera Thailand menfitnah dan mengatakan mereka yang ditangkap itu ingin melakukan penembakan keatas tentera Thailand, sedangkan kejadian yang sebenar adalah penembakan dilakukan oleh tentera Thailand keatas mereka.

Wahai para pejuang Patani jangan enkau merasa sendirian, kami bangsa melayu Patani bersama-sama para pejuangan Patani untuk menegakkan kebenaran yang terjadi di Patani.

Keterangan nama-nama mangsa, (1) Ismail Hamat usia 28 tahun (gugur shahid), (2) Asan Husen usia 30 tahun (gugur shahid).

Al-Fatihah...

Sumber : Media Informasi News (MIN).
Photo : Penderitaan Rakyat Patani.