Minggu, 10 Maret 2019

Dari Catalonia sampai ke Patani : Penentu Nasib Sendiri Tidak Semudahnya

27 Oktober 2017 yang lalu adalah hari bersejarah bagi warga Catalonia. setelah anggota parlemen Catalonia mendeklarasikan kemerdekaannya dari Spanyol. Pertarungan warga Catalan untuk memisahkan diri dari negara Spanyol. Dan mendirikan republik merdeka menjadikan isu global yang menguncang di media Internasional dua tahun lalu.

Tampaknya Spanyol sedang berseteru besar dengan Catalonia (Catalunya). Penyebabnya, dari awal Catalonia telah melakukan referendum pada 1 Oktober 2017. Dan hujung akhirnya dideklasikan kemerdekaan pada 27 October yang lalu, sementara tindak pandangan cemar Pemerintah Spanyol selalu tidak diterima dan menganggapnya ilegal karena tidak sesuai konstitusi.

Secara historis, Perjuangan di Catalonia telah berlangsung sejak 1714, saat Raja Spanyol Philip V mencaplok Barcelona. Sejak itu, nasionalis Catalan secara konsisten berjuang meraih otonomi dari Spanyol. Pada 1932, pemimpin Catalonia telah mendeklarasikan Republik Catalan. Saat itu, pemerintah Spanyol pun menyetujui undang-undang otonomi tersebut.

Kendati demikian, Catalonia merupakan daerah kaya dan menjadi pusat bisnis, keuangan, olah raga, dan seni. Warganya merasa berbeda kulturnya dengan Spanyol dan ingin mengelola daerah mereka sendiri. Pendapatan pajak cukup besar disetorkan kepada pemerintah pusat di Madrid, ibu kota Spanyol. Namun, efeknya dirasa kurang bagi kesejahteraan warga Catalonia.

Nasib Catalonia semakin krisis sejak Perdana Menteri Francisco Franco berkuasa, otonomi itu ditarik dari warga Catalan. Franco secara sistematis menekan semua upaya dan gerakan nasionalisme Catalan.

Di bawah kediktatorannya, sejumlah media saat itu bahkan menilai "pemerintah Spanyol berupaya membasmi seluruh institusi, bahasa, hingga mengeksekusi ribuan warga Catalan sebagai bentuk pemusnahan." Dalih pemerintah Partai Konservatif Spanyol adalah Konstitusi ditulis di bawah pemerintah Franco ini, Ada tertulis bahwa “Spanyol tidak dapat dipisah.”

Justru Patani yang terkenal negara independent Kesultanan Melayu (1456) dulu, terletak dekat perbatasan Malaysia Utara dan sekarang dibawah Kerajaan Thailand bagian selatan sejak 1785 dan dipaksa bergabung sebagai bagian wilayah di bawah Kerajaan Thailand ulah Kolonialisme British dampaknya dari perjanjian antara British dan Siam(Thailand sekarang red.) pada 1909. Patani ini juga tidak berbeda Catalonia yang mengalami nasib yang hampir sama, yang tak bisa menentukan nasib sendiri sebagai negara.

Demikian, Thailand sendiri memiliki kediktatoran semacam Spanyol langsung dari kekuatan militer Thailand. sejak konstitusi 1935 di bawah pengaruh Perdana Menteri ‘Pridi Banomyong’ tidak ada pasal undang-undang tersebut, Pridi adalah PM Thailand dari politis sipil yang pertama mendukung otonomi Patani. Namun sekarang konstitusi Thailand ditarik kembali pasal "Thailand tidak dapat dipisah."

Sementara di Catalonia, Setelah kematian Franco, perjuangan kemerdekaan Catalonia muncul kembali. Pada 2006 lalu, Spanyol memberikan wilayah itu status negara bagian dan kewenangan mengatur pajak sendiri.

Namun, tidak lama Mahkamah Konstitusi mencabut keputusan ini pada 2010, dengan alasan, selama Catalan termasuk "warga negara" Spanyol, Catalonia tak bisa disebut sebagai bangsa atau negara. Hal demikian itu, pertempuran dari Catalania Ada beberapa isu yang mungkin memberi wawasan bagi warga Patani untuk menentukan masa depan mereka.

Patani dan Catalonia Di Bawah Jajahan

Masalah Identitas dan Nasional Melayu patani dikemukan oleh Sartono Kartodirdjo dan Manuel Castells. Menurut keduanya tampaknya terjadi pada kasus Muslim minoritas Patani di Thailand Selatan. Sejak diproklamirkannya kemerdekaan negara independen itu, masyarakat Muslim Patani yang merasa berbeda agama, etnis, dan klaim historis atas tanah menganggap bahwa pemerintah pusat tersebut adalah “Kolonialism-Imprialism” yang sedang menawarkan perubahan atau modernisasi dengan identitas tunggal, yaitu identitas nasional Thailand (Siamisasi) sejak dibawah kerajaannya, yang berbeda dan menggerus identitas kultural yang mereka miliki.

Adapun identitas Catalonia hampir gejala sama, warga Catalonia yang merasa bukan bagian dari Spanyol. Bahasa, tradisi, hingga budaya yang telah terpatri di sana dan bangsa Catalonia ingin mengembalikannya seperti di tahun 1930-an. Namun, karena pengaruh kekuasaan Franco selama hampir 40 tahun, Catalonia harus menyatu dengan Spanyol dan karenanya membuat bahasa dan Catalonia “hilang”

Menurut Prof. Giles Ji Ungpakorn, akademisi pengamat politik Thailand dan dosen prodi ilmu Pemerintah, Universitas Chulalongkorn, Bangkok. Ia mengakatan bahwa Masalah Catalonia dan Patani seakan serupa kronologi, dimana pemerintah pusat keduanya yakni Spanyol dan Thailand menggunakan kekuatan dan kekerasan untuk mengkonsolidasikan negara tersebut.

“Dalam pengesahan Konstitusi untuk melegitimasi penyatuan negara. Patani dan Catalonia hampir nasib yang sama. Imbasnya,Tanpa penghormatan hak masyarakat adat dan bangsa. Kendati demikian, terjadi penindasan bahasa dan budaya bangsa keduanya.” Katanya.

Ia menegaskan bahwa kemerdekaan negara harus dijalani dan didukung buat negara yang terjajah sekarang,begitu juga nasib rakyat Patani, “Kita harus mendukung kemerdekaan terhadap bangsa Patani untuk menentukan masa depan mereka. Termasuk juga kebebasan negara. Pada saat bersamaan, setiap rakyat di Patani. Tidak masalah ras atau agama apa. Harus dilibatkan dalam menentukan keadaan apa yang akan dijalani di masa depan.”katanya.

Demikian itu, apa yang terjadi di Catalonia bisa menjadi contoh kongkret bagi Patani. Dalam kasus Catalonia, bagaimana kekuatan rakyat signifikan dalam gerakan kemerdekaan bisa mengungkapkan di publik umum tanpa kecemasan. Termasuk juga perlawanan, alih-alih berfokus pada angkatan bersenjata. Kendati penggunaan kekuatan massa itu terlihatnya Catalonia sangat menonjol. Tidak semudahnya perjalanan menyampaikan kemenangan.

Justru mengembalikan rasa nasionalisme kadang perlu digelorakan untuk membangkitkan masyarakat yang terpengaruh identitasnya oleh infiltrasi dari pihak luar, mahupun diakui oleh dunia Internasioal.
Namun seringkali, rasa ingin membangkitkan nasionalisme biasanya disusupi dengan pandagan negatif,ditempel separatis atau pemberontak. Penghujung Nasib Patani seakan Catalonia atau tidak? Itu tergantung rakyat mereka sendiri yang siap merdeka atau tidak?

Sumber : TUNAS Online, 10 Maret 2019.

0 komentar:

Posting Komentar