Minggu, 03 Maret 2019

Pemilu Thailand 2019: Beragam Kebijakan Partai Politik, Memadam Api Konflik Patani?

Akar masalah konflik di Patani merupakan asal usul masalah dasar sejarah politik dan pembatasan kebebasan. Dimana wilayah tersebut juga sedang berada dibawah pengawalan sistem militer Thailand secara total, yang mengatur dengan padat dan ketat.

Tidak peduli pemerintahan berada di tangan sipil atau militer sendiri. Sejumlah pasukan militer tetap sama bahkan meningkat yang ditempatkan di kawasan tiga provinsi selatan yakni provinsi Pattani, Yala, Narathiwat, dan lima daerah di provinsi Songkhla yang aktif lebih dari 10,921 pasukan dan telah berdiri markas besar pangkalan militer 14 tempat.

Hasil survei warga-warga di provinsi perbatasan selatan dengan proses perdamaian (PEACE SURVEI) 4 kali selama Februari 2016 - September 2018, total 6.321 orang dipresentasikan di forum publik.

"Perdamaian Perbatasan Selatan Setelah Pemilihan 2019: Respon dari warga dan kebijakan Partai Politik" Ada 9 perwakilan partai politik yang mendengarkannya, 25,6 persen orang melihat bahwa upaya untuk menyelesaikan masalah dengan proses perdamaian Membuat situasi di daerah "lebih baik", tetapi ada 21,7 persen yang melihat "lebih buruk", sementara 42,6 persen lainnya berpikir "situasi masih sama" seperti dilansirkan BBC

Konflik era baru yang mencetus sejak tahun 2004 hingga sekarang, telah memakan banyak nyawa dan harta benda yang tidak bisa dihitung lagi jumlah telah hilang. Sementara pihak pelaku yang terlibat semakin berani menampakkan dirinya dengan nyata. Di tengah krisis seperti ini justru pemerintah kian mengirim pasukan militer untuk menjaga perbatasan mengembalikan kestabilan keamanan dan perdamaian di wilayah itu.

Pada kenyataannya militerlah yang memicu keadaan yang membahayakan, warga masyarakat timbul perasaan takut, salah satu disebabkan tingkah lakunya yang tidak bermoral. Sebagai contoh tindakan militer Thailand tidak bermoral terhadap gadis muslim yang telah banyak di perkosa, Sebagian besar pasukan militer yang ditempatkan di Patani berasal dari wilayah utara.

Mereka tidak memahami kebudayaan dan adat hidup warga masyarakat Muslim Melayu setempat. Tidak menghormati dan menghargai cara hidup masyarakat. Menyebabkan timbulnya keributan dan huru-hara, demikian pula militer dapat berbuat dengan bebas sekehendak hatinya. Jikalau militer Thailand dibilang militer pejuang.

Partai Pro Demokrasi Mengajukan Kebijakan “Tarik Militer Dari Patani”

Perwakilan partai pro demokrasi telah mempresentasikan kebijakan selain dari laporan SURVEI PERDAMAIAN, dengan banyak partai setuju untuk menarik pasukan dan mencabutkan undang-undang darurat militer dari daerah tersebut.

Langkah Thanathorn Juangroonruangkit Ketua Umum Partai Masa Depan Baru dan mantan pengusaha Thai Summit Group di wilayah selatan telah menjadikan wacana politik menarik bagi masyarakat publik.

Thanathorn Juangroonruangkit merupakan mantan aktivis mahasiswa pro demokrasi dari Bangkok. Sekarang dia sebagai pengusaha termuda yang ingin memainkan peranan dalam dunia politik Thailand seperti Thaksin Shinawatra (Mantan Perdana Menteri ke 23).

“Masalah Patani harus diselesaikan dengan cara politik, militer harus ditarik kembali, karena masyarakat Patani yang menentukan nasib mereka sendiri,” kata Thanathorn Juangroonruangkit di sela-sela diskusi bersama aktivis civil society organisasi di Patani Artspace, Ahad 15 Juli 2018 yang lalu.

Di era junta militer memimpin politik, masalah proses penyelesaian konflik sering menggunakan senjata untuk menaklukkan rakyat agar tunduk. Tetapi cara seperti itu tidak membawa penyelesaian bahkan ia menambahkan masalah baru dan itulah industri keamanan militer Thailand di Patani.

Masalah dasar sejarah politik Patani adalah masalah kekuasaan dalam menentukan masa depan atau nasib bangsanya yang tidak diterima dengan jalan keluar yang seharusnya diberikan (pengakuan) bagi bangsa Patani sebagai suatu bangsa dalam negara Thailand.

Oleh karenanya, bangsa Patani ditindas terus berabad-abad akhirnya terjadi perang meledak.

Selain itu, hampir semua pihak sepakat bahwa penegakan hukum khusus harus dicabut di 3 provinsi selatan, yaitu darurat militer, dekrit (Keputusan Darurat), administrasi publik dalam situasi darurat. Dan UU Keamanan (Kingdom Act) di dalam Kingdom.

Perwakilan Partai Demokrat menyatakan bahwa "Jika daerah itu dalam kondisi normal, itu harus dibatalkan." Namun Partai Seriruam Thai (Liberal Thailand) mengatakan bahwa UU tersebut harus dibatalkan segera setelah hari pemilihan.

Dr. Phetdao Tokmina, seorang kandidat anggota parlemen dari Partai Phumcai Thai, menunjukkan bahwa anggaran negara lebih dari 300 miliar baht yang telah menurun di provinsi perbatasan selatan selama 15 tahun terakhir belum tercapai menyelesaikan konflik di daerah tersebut. Karena itu, partai mengusulkan kebijakan. "Ubah subsidi rahasia menjadi subsidi investasi" karena masalah pangan harus diutamakan.

Kebijakan Patani Merdeka atau Otonomi Khusus

Aturan konstitusi tahun 2016 menghasilkan penyesuaian taktik orang-orang yang bekerja dalam politik praktis dan menyebabkan ada pembentukan beberapa partai politik baru. Satu langkah yang menarik adalah pembentukan Partai “ Prachachart”. Yang merupakan kombinasi dari grup Wadah (kumpulan politis yang berasal di selatan Thailand) dan mantan pegawai negeri yang telah membalik peluit di lapangan selatan Thailand.

Ini adalah pertama kalinya kelompok Wadah mendirikan partainya sendiri. Dari dulu yang telah bergabung dengan Partai Phuea Thai, dipimpin oleh Thaksin Shinawatra. Tetapi kebijakan penindasan terhadap warga Muslim Melayu Patani termasuk kematian tragedi pengunjuk rasa di Tak Bai, menyebabkan Partai Phuea tidak pernah dapat kursi di daerah tersebut dalam pemilu 2005, bahkan beberapa politis dari kelompok Wahdah memindah ke partai “ Matu Phum” namun juga pemilu dinyatakan gagal.

Kali ini, kelompok Wadah bersatu kembali atas nama Partai” Prachachart”. Dengan mantan pejabat pemerintah yang telah memainkan peran penting dalam mendorong pembicaraan damai di masa pemerintahan Yingluck, seperti Pol.Gen Thawee Sordsong, mantan sekretaris Pusat Administrasi Provinsi Perbatasan Selatan, bergabung sebagai sekretaris partai, tidak dapat dipungkiri bahwa suara penting partai ini ada di provinsi perbatasan selatan.

Partai Prachacart mengklaimkan bahwa akan memungkinkan mereka untuk mendorong lebih banyak kebijakan. Mereka menganggapkan bahwa partai memegang kebijakan multikultural. Desentralisasi dan kebijakan "Otonomi khusus" di kota-kota besar, provinsi perbatasan selatan.

Mereka menyatakan bahwa siap untuk membahas semua hal di bawah Konstitusi Thailand. Di bawah undang yang menekankan bahwa Thailand adalah negara yang tidak terpisah menentukan platfon dalam hal ini adalah argumen preventif bahwa pendekatan ini mungkin secara acak rentan menyebabkan terjadi pemisahan.

Bahkan masalah wacana “Patani Merdeka” adalah masalah politik yang harus diselesaikan dengan cara politik dan semua pihak dapat menyampaikan pendapat di tempat publik dan rakyatlah yang menentukan masa depan mereka sendiri.

Banyak dari partai-partai demokratis seperti partai Phuea Thai, Partai Masa Depan Baru, Partai Samanchon, Partai Liberal Thai, Partai Prachacart dan lain-lainnya mengibarkan bendera desentralisasi, Termasuk partai yang tidak jelas posisi seperti Partai Demokrat.

Jika partai demokrasi telah membentuk pemerintahan, kemungkinan akan ada dorongan serius untuk desentralisasi dan bentuk khusus pemerintahan daripada terminal yang disponsori militer. Justeru sebaliknya jika Partai yang mendukung militer menjadi pemerintah maka kebijakan di selatan Thailand tidak akan berbeda dari apa yang ada saat ini.

Masalah konflik di Patani, jika ahli demokrasi politik yang memainkan peranan maka dianggap menjadi pemberani dan dapat menciptakan harapan-harapan baru bagi masyarakat. Kendati demikian, masalah yang sudah lama terjadi namun masih ada peluang dan jalan keluar untuk berakhir.

Fenomena munculnya peperangan dalam bentuk yang didorong oleh dasar ideologi untuk membebaskan daripada kolonialis. Banyak pihak yang telah menerimanya itu sebagai perang rakyat. Karena peperangan itu sendiri tanpa melibatkan rakyat atau massa untuk mendukungnya tidak mungkin bisa melakukannya secara baik dan mampu bertahan lama sampai sekarang.

Jika Thailand benar-benar ingin memadam api konflik semua pihak bisa menyampaikan pendapat dan berdiskusi pada tempat publik. Kemudiian menyerahkan untuk rakyatlah yang menentukan masa depan mereka sendiri dalam demokrasi dan politik yang adil.

Kemenangan pemilu akan menjadi milik partai demokratis atau partai dukungan warisan kekuatan militer. Terminal mana yang akan didirikan oleh pemerintah? Masalah-masalah ini akan berdampak langsung pada arah perdamaian Patani. Mudahan tiada lagi modal janji omong-kosong yang tidak pernah realisasi kebijakan setiap mulut politis yang menjadi modal kampanye sebelum pemilihan umum

Tampaknya menciptakan perdamaian di Patani dan menciptakan demokrasi, bahkan janji serta bukti adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Sumber : TUNAS Online, 01 Maret 2019.

0 komentar:

Posting Komentar