JAKARTA - 15 November 2015. Mencermati bangunan masjid yang berlokasi di Desa Telok Manok, kampung kecil sekitar 25 kilometer dari ibu kota Provinsi Narathiwat, Thailand, sekilas tampak seperti bangunan rumah gadang yang ada di wilayah Padang dan sekitarnya.
Hampir 85 persen material bahan masjid yang dikenal pula dengan sebutan Masjid Wadi Hussein ini berasal dari potongan dan lempengan kayu yang alami, kaya dengan serat-serat khas pepohonan. Hanya beberapa bagian bangunan yang bahannya menggunakan material umum.
Masjid yang konon dibangun oleh al-Hussein as-Sanawi, penyebar Islam di kawasan tersebut, selesai dibangun pada 1768 M, menjadi masjid tertua yang masih berdiri di Thailand. Identik dengan al-Hussein lantaran nama tersebut berkontribusi besar bagi tegaknya Islam di bumi Thailand.
Ia bahkan pernah mengembara di berbagai pulau di Nusantara, termasuk beberapa tempat di Pulau Jawa, Pulau Lombok, hingga ke Negeri Campa (kini Vietnam) sebelum kemudian menetap di wilayah yang kini disebut Telok Manok di wilayah Patani Raya, Thailand.
Fondasi yang menjadi penyangga masjid ini berasal dari bahan-bahan material umum, bu kan kayu, baik pada fondasi dasar maupun fondasi penyangga atap. Fondasi dasar ini dibuat berbentuk balok memanjang, fungsinya untuk menahan seluruh material bangunan masjid yang sudah berusia kurang lebih 300 tahun.
Tinggi fondasi dari permukaan tanah terhadap bangunan mencapai satu meter dengan lebar kurang lebih 25 cm. Fondasi yang terbangun kuat di setiap penjuru bangunan itu adalah salah satu kunci mengapa masjid unik ini bertahan kokoh sampai sekarang.
Tiga entitas
Jika dilihat seni arsitekturnya, bangunan masjid ini merupakan perpaduan antara gaya arsitektur tiga entitas Asia, yaitu Thailand, Melayu, dan Cina. Hal itu bisa dilihat dari atap dan beberapa ukuran yang terdapat di sejumlah bagian kayu.
Atap masjid ini bentuknya melengkung seperti halnya atap kuil tempat ibadah mayoritas etnis Tionghoa. Atap masjid dibuat terdiri atas dua lapis. Lapis atap pertama dibuat lebih lebar sehingga menutupi seluruh bangunan, sementara lapis atap kedua lebih kecil fungsinya untuk memperindah bangunan masjid yang berdiri di atas tanah kurang lebih 200 meter persegi tersebut.
Bangunan utama Masjid Telok Manok terdiri atas dua bangunan yang digabungkan menjadi satu. Keseluruhan bangunannya merupakan bangunan rumah panggung sebagaimana rumah tradisional Melayu. Rumah panggung dibangun selain untuk menghindari binatang buas, juga untuk mengantisipasi iklim lembap kawasan setempat.
Sebelum masuk ke masjid, kita harus melewati beberapa anak tangga yang terbuat dari material umum. Anak tangga ini merupakan akses satu- satunya untuk bisa masuk ke dalam masjid.
Setelah berada di dalam masjid kita akan kembali menemukan paduan seni yang sangat kental.
Karya seni khas Cina terlihat dari banyaknya ukiran abstrak yang terdapat pada lempengan kayu, sementara seni Melayu terdapat pada ukiran kerawang menghias daun jendela masjid ini.
Seperti keseluruhan struktur bangunan, kreativitas begitu mencolok pada pembuatan jendela kayu. Ukiran khas Melayu juga menyentuh kayu penopang atap masjid hingga ke bagian ujung penopang atap.
Pada awalnya, bangunan masjid ini menggunakan atap daun palem, namun kemudian diganti dengan atap genteng buatan lokal pedalaman gaya Patani. Bentuk atap masjid ini memang tak lazim, meski dibangun dalam bentuk atap bersusun dua, atap paling atasnya itu dibangun di atas struktur yang merupakan lapisan atap di bawahnya.
Ruang utama masjid yang memiliki lebar kurang lebih 100 meter persegi ini disekat menjadi dua. Untuk menghubungkan antara ruangan depan dan belakang, sebagai penyekat dibuatkan dua buah pintu. Kedua ruangan tersebut tetap men jalan kan fungsinya sebagai tempat beribadah dan memberikan kenyamanan bagi para jamaah masjid.
Tak heran jika masjid ini menjadi favorit warga sekitar untuk menunaikan ibadah wajib dan sunah. Sehari-harinya, tak kurang dari 50 jamaah mendatangi masjid ini untuk beribadah.
Pada hari-hari besar, jumlahnya bisa membeludak, mencapai 200 orang.
Tak jauh dari masjid ini, terdapat sungai. Sungai yang membentang membelah desa Telok Manok ini menjadi sumber air bersih utama untuk berwudhu bagi para jamaah. Pemakaman Islam kuno juga ditemukan tak jauh dari lokasi masjid ini berada.
Wisata religi
Meski sudah berusia ratusan tahun, hingga kini Masjid Te- lok Manok masih berfungsi dengan baik dan menjadi sa- lah satu objek wisata religi andalan daerah tersebut yang kaya dengan sejarah.
Desa Telok Manok merupa- kan salah satu desa yang berada di ujung paling selatan wilayah Thailand berbatasan dengan wilayah utara Malaysia di kawasan semenanjung. Desa ini menghadap ke Teluk Thailand, sekitar empat km dari ibu kota Distrik Bacho dan 25 km dari ibu kota Provinsi Natathiwat.
Wilayah Thailand Selatan ini sering kali disebut sebagai wilayah Patani Raya karena memang sejarahnya wilayah ini merupakan bekas wilayah kekuasaan Kesultanan Melayu Patani. Itu sebabnya hingga kini mayoritas penduduk wilayah ini memiliki akar tradisi Islam dan Melayu yang sangat kuat.
Referensi sumber diulas dari links:-
...........................................................
0 komentar:
Posting Komentar