Moral Tentara Siam Thailand Dengan Kejadian Di Tak-Bai
Setiap tahun pada Tanggal 25 oktober adalah hari yang sangat memilukan bagi rakyat jelata di bagian selatan Thai/Siam, kejadian tak-bai adalah kisah kejadian yang tidak ada prikemanusiaan dan prikeadilan bagi rakyat bertutur kata dengan bahasa melayu yang hendak cari jawaban keadilan pada pemerintahan Thai. Kebetulan tanggal 25 oktober pada tahun 2004 itu, tepatnya dengan bulan Ramadhan bagi ummat beragama Islam yang bersuka bangsa Melayu itu berpuasa, dan berramai-ramai pergi ke tempat polis daerah Tak-bai, dengan tujuan tunjuk rasa dan mendengar jawaban dari Polis yang telah tahan beberapa pemuda yang diduga memberi senjata kepada kelompak pejuang kemerdekaan Bangsa Patani. Pada tahun 2004 juga telah berlaku hukum Dharurat Militer bagi wilayah yang sedang dilanda konflik berdarah, khusus wilayah yang mayority bersuku bangsa Melayu Patani dan beragama Islam, kerana tahun 2004 itu telah terjadi penyerbuan markas tentara yang bertingkat Divisi Angkatan Darat Draja Thai/Siam oleh angkatan pejuang Patani atau gerilyawan Patani dan dapat merampas lebih 400 pujuk senjata berbagai jenis dan caliber. Akibat telah berlaku hukum dharurat Militer itu lah, tentara jadi berkuasa dan taruh rasa curiga bagi semua kepada orang Melayu, rakyat jelata yang hendak mencari keadilan dengan cara demotrasi ke tempat kepolisian daerah Tak-bai pun, aparat Negara tidak meindahkan dalam beri pelayanan kepada rakyat, malahan jadi sadis dan brutalnya adalah Tentara dan Polis yang membubarkan demotrasi itu, dengan cara menembak peluru tajam kearah demotrasi dan meangkut yang luput dari kematian dan kesakitan naik ke atas truk Militer dengan cara bertumpuk-tumpuk seperti muatan kayu balok dan kedua tangan diikat kebelakang. Dunia ketentaraan di manapun di dunia ini, diajar dengan moral pembelaan, kehormatan, keberanian, kegagahan, keperwiraan dan kepahlawanan, dengan moral dan sikap berani dan gentleman yang selalu mengutamakan membelaan hal yang benar dan melawan dengan hal yang tidak benar, sememang-memang dan semesti-mestinya para tentara yang membubarkan demotrasi pada tanggal 25 oktober 2004 di depan office Polis daerah Tak-bai itu, baik dan mestinya dengan sikap gentleman dan bijaksana sesuai dengan ajaran ketentaraan, akan tetapi terjadi kenyataan sebaliknya, yaitu para yang dinamakan tentara bertindak seperti kelompak pecundang dan pengecut yang memiliki senjata, asal-asalan menembak rakyat dengan rasa terusik dalam fikiran bahwa rakyat yang demotrasi itu penjahat yang wajib ditembak dan dimusnahkan. Dunia mesti ambil tahu tentang kejadian di tak-bai itu, khususnya pada Negara sekutu Thai/Siam yang mengutamakan nilai-nilai moral kemanusiaan, dunia ketentaraan mesti ambil peduli dengan tindakan yang telah dilakukan oleh ketentaraan Thai/Siam dalam melakukan tindakan terhadap rakyat tidak bersenjata yang demotrasi di depan offic Polis Tak-bai, menembak rakyat yang tidak senjata adalah sebuah tindakan salah pada hukum positif apapun, apalagi hukum perang. Moral ketentaraan adalah gambaran keberadaban dan moral kekuasaan setiap pemerintahan apapun di dunia ini, bila moral alat Negara rusak maka jangan harap akan dapat diselesaikan dengan bijaksana dan adil, permasalahan Rakyat yang demotrasi meminta keadilan di depan office Polis Tak-bai dan dibuburkan dengan cara menembak dengan peluru tajam adalah sebuah tindakan yang mehancurkan moral sendiri, yang lebih memilukan lagi adalah mahkamah Thai/Siam mengjatuhkan hukum bahwa tentara Thai/Siam itu tidak bersalah dan telah melakukan sesuai dengan tugasnya. Bagi mereka yang memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dan ahli hukum di dunia ini, mestinya akan menjadi tanda Tanya, kerana apa?, kerana apa? dan kerana apa? bahwa tindakan yang tidak prikemanusiaan dan biadab oleh tentara Thai/Siam terhadap Rakyat demotrasi itu tidak bersalah apapun oleh Hukum Negara.
Mengenang 11 Tahun Silam Kejadian Taba
Kita orang bangsa Patani pakai sarung dan baju celop bela-gha bukanlah tidak ada kemajuan dalam bidang politik demokrasi demi perjuangan untuk bolih keadilan dan hak, 11 tahun silam yang jatuh pada tahun 2004, tanggal 25 oktober, jatuh pula pada bulan puasa Ramadhan Al-Mubarak. Pada tanggal 25 oktober tahun 2004 ada sebahagian orang bangsa Patani yang tahu khabar, bahwa ada enam (6) orang pemuda yang jadi sukarelawan kerajaan Siam/Thai yang bersenjata menjaga keamanan kampong ditanggap dan dituduh oleh Balai Polis Taba, bahwa mereka pemuda itulah yang memberi senjata kepada puak pejuang merdeka taning/Patani, maka enam (6) pemuda itu ditahan oleh balai Polis Taba. Oleh kerana orang-orang maklum telah tahu bahwa enam (6) pemuda itu dituduh, maka pergilah tuntut hak politik kerakyatan dengan cara tunjuk rasa di depan balai Polis Taba supaya polis beri jawaban dan keadilan kepada enam (6) pemuda itu, tapi gila dan iblisnya ada ramai Tentara yang jaga keamanan di Balai Polis Taba, kita rakyat mata hitam tiada senjata dan pisau dituduh pula oleh Tentara bahwa kita rakyat tunjuk rasa itu bawa senjata dan pisau, maka tentara yang mesti lindungi Rakyat itu menjadi gila babi dan membabi buta tembak/bedel kepada Rakyat yang tunjuk Rasa di depan balai Polis, bila ingat-ingat sungguh gila babi betul tentara Siam itu. Bila aku ingat atas kejadian 11 tahun silam di Taba itu, hati aku ini jadi sedih dan marah besar kepada tentara Siam dan Polis, tapi aku baru tahu bahwa kita orang bangsa Taning ini dijajah oleh mereka, jiwa mereka feodalisme dan imprialisme, kita rakyat berjuang cara rakyat-rakyat kerana tahu demokrasi beri hak rakyat untuk tunjuk rasa, tapi itulah Bangsa Siam/Thai yang buat balik kepada kita, demi bolih keadilan wajiblah kita berjuang terus jangan putus asa! Kejadian di depan balai Polis Taba 11 tahun silam telah merusak keberadaban demokrasi ummat manusia dunia.
"Sebagai sebuah Bangsa, Sejarah perjalanan Bangsa ini sudah seharusnya menjadi landasan penting dalam setiap Sendi Kehidupan Rakyat dan Masyarakat Bernegara yang sayangnya sampai hari ini Sejarah Bangsa Melayu Patani masih menjadi Budakan, Hamba, dibawah Penjajah pada Bangsa Kolonialis Siam Thai Budha"
0 komentar:
Posting Komentar