Senin, 18 Februari 2019

Gambar langka Masjid Raja Patani

Masjid Raja Patani Dianggap sebagai masjid ibu kota Patani di masa pemerintahan raja Kelantan era belakangan, Yang merupakan raja di bawah kuasa pemerintahan Bangkok, periode Rattanakosin. Percaya bahwa masjid ini mulai dibangun di zaman raja tengku putih (1856-1881), putra Sultan Muhammad Memilih lokasi masjid ini di tanah yang berada di timur Istana ibu kota Sebelum perkuburan Tok Ayah.

Kemudian, Tengku Timung (1881-1890) menunjuk Haji Abdullah warga kampung Datok sebagai Imam yang pertama kali. Dan Tengku telah memperluaskan bangunan masjid tetapi Tengku telah wafat terlebih dahulu sebelum selesai dibangunkan. Dikemudian hari Tengku Sulaiman Shari Fuden atau Tengku Bosu Saudara bagi Tengku Putih Menjabat sebagai Raja ibu kota Patani (1890-1998) beliau meneruskan pembangun masjid sampai selesai Dan mengubah nama masjid menjadi "Masjid Raja Patani" dan mengundang tukang kayu kampong Takeh untuk mengukirkan tutup langit masjid dengan kayu dengab pola botani untuk menghias masjid Seperti yang terlihat hari ini yang tampak indah dan Mulia. Adapun kayu Suri milik raja telah membangun tempat berwudud di depan masjid.

Kendati, Dua gambar masjid lama ini, penulis terima dari kerabat yang berada di area masjid dimana merupakan foto di bagian depan masjid yang merupakan bangunan bata dan atap kayu dengan genteng. Mungkin gambar ini juga sudah Anda lihat. Tapi gambar lain, yang diambil dari sisi belakang masjid (di sisi barat), adalah gambar yang diambil saat membangun bangunan belakang, yang merupakan bangunan beton bertulang. Atapnya dituangkan ke dalam dek. Dalam gambar, Anda akan melihat rebar yang berjajar di dek atap. Hal ini diyakini sebagai perpanjangan dari era Kesultanan Tengku Timung dan Sultan Sulaiman ShariFuden (pada masa pemerintahan Dinasti Chakri ke-5).

Percayalah bahwa foto-foto yang diambil di belakang saat pembangunan masjid belum selesai Akan menjadi gambar yang kebanyakan orang belum pernah lihat sebelumnya.

Sumber : TUNAS Online.
Photo : Patani Notes.

0 komentar:

Posting Komentar