Oleh:
Mudasseer Slatasoh, Muhamadrofee Maming, Buraidah Chelong
(Catatan Tiga Mahasiswa Asal Patani di Aceh).
Belajar
dari perjuangan GAM yang berakhir dengan kesepakatan perdamaian yang biasa dikenal
dengan MoU Helsinki, Kami mendapatkan empat Faktor yang membawa perdamaian
tersebut: (1)Pergerakan Intelektual Aceh, (2) Keterlibatan Dunia Internasional,
(3) Kebijakan Pemerintah Indonesia dan (4)Sikap Politik GAM.
Peranan
Gerakan Intelektual Aceh
Peranan
Gerakan Intelektual Aceh bermula dari para mahasiswa universitas dengan
dukungan dosen dalam berdiskusi dan berbagi pengetahuan. Tujuan awal gerakan
mahasiswa ini untuk menelurkan ide, pemikiran, Mobilisasi (massa) atau
Demonstrasi, Lobby, dan Kampanye. Pada mulanya gerakan ini berjalan secara
sembunyi-sembunyi di zaman Otoriter Suharto.
Universitas
adalah tempat yang tepat untuk melakukan aktifitas dan diskusi mengenai isu-isu
demiliterisasi, HAM, Demokrasi dan Perdamaian. Termasuk didalamnya mengalisa
dinamika politik Indonesia di bawah presiden Soeharto. Sebab itu kaum
intelektual Aceh terlibat dalam perubahan politik indonesia dari otoriterian ke
demokrasi.
Selama
Pemrintahan Soeharto, Politik indonesia dianggap sebagai Diktator. Rakyat
Indonesia tidak memilki suara dalam hal politik pada saat itu. Karena itu,
Mahasiswa berdemosntrasi untuk menjatuhkan Pemerintahan Soeharto. Intelektual
Aceh juga mendorong gerakan ini bersama mahasiswa seluruh Indonesia. Para
Intelektual aceh menyadari bahwa klaim politik tidak dapat dilakukan jika
aturannya tidak demokratis. Hingga Akhirnya Pemerintahan soeharto dijatuhkan
pada 1997.
Perubahan
Politik ini memberi perubahan terhadap kebijakan politik aceh. Pemerintah
Indonesai menghapuskan Status Daerah Operasi Militer (DOM) pada 7 Agustus 1998.
Kebijakan
Pemerintah Indonesia
Setelah
tahun 1998, Ketakutan rakyat terhadap pemerintah soeharto pupus. Presiden telah
digantikan oleh BJ Habibi. Kebijakan Habibi adalah menekan desentralisasi dan
mencoba membatasi peran militer dalam politik. Selanjutnya mengarahkan Komisi
Hak Azasi Manusia Internasional untuk turun ke Daerah Operasi militer bagi
menyelidiki kemungkinan penganiayaan di kawasan tersebut. Berdasarkan Hasil
investigasi, presiden Habibie mengeluarkan perintah pembatalan Daerah Operasi
Militer.
Setelah
Abdul Rahman Wahid diangkat menjadi presiden dalam pemilu, suasana politik
mengindikasikan politik yang terbuka kepada rakyat. Pendekatan yang lebih
terbuka membuat kondisi politik Indonesia tampak seperti tidak pernah terjadi
sebelumnya. Hal ini membuat Organisasi-organisasi mahasiswa baik di Jakarta
Maupun Aceh mulai bangkit. Karena Pemerintah Indonesia yang sebelumnya
membatasi hak-hak berekspresi dalam politik, kini menuju negara yang lebih
demokratis.
Ruang
publik semakin terbuka di tahun 1999. Rakyat dan Mahasiswa Aceh berkumpul untuk
menuntut referendum dan kemerdekaan Aceh. Lebih dari Satu Juta Lima Ratus
masyarakat berkumpul di Mesjid Raya Abiturrahman, untuk mengumumkan seruan
penyelesaian masalah aceh secara adil dan demokratis.
Kebijakan
Pemerintah Indonesia membuka Jalur perundingan sebagai usaha penyelesaian
koflik aceh. Presiden Abdurrahman Wahid mengundang Hendry Dunant Center 9HDC)
menjadi fasilitator dialog antara Pemerintah Indonesai dengan Pejuang GAM, pada
Mei 2000.
Sikap
Politik GAM dalam Menerima Dialog
Sikap
Politik GAM terhadap negosiasi damai tidak dapat terjadi jika GAM tidak mampu
bernegosiasi. Gerakan Aceh Merdeka dapat bergerak dalam berbagai cara. Hal ini
berlaku karena Indonesia mulai menggunakan demokrasi sebagai dasar penetapan
kebijakan.
Gerakan
Aceh Merdeka bergerak cepat untuk menunjuk pemimpin delegasi yang berfungsi
mencari solusi penyelesaian konflik aceh dengan cara dialog. GAM ingin
menunjukkan kemampuan negosiasi untuk mencapai keadilan bagi kedua belah
pihak.
Dari
Proses Di Pihak GAM ini, membuat kita melihat dengan jelas, Kesediaan GAM dalam
dialog untuk mencari penyelesaian konflik yang berlarut2 ini. Sikap politik GAM
terhadap negosiasi damai ini menjadi salah satu sebab Pemerintah rela untuk
berdialog dengan GAM.
Di
masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan kebijakan Pemerintah yang
jelas berpegang pada perdamaian tanpa menggunakan kekerasan dalam penyelesaian
masalah, termasuk di dalamnya saling menghormati. Hal ini bukan sekedar
kebijakan, tetapi ditunjukkan dalam implementasi pemerintah. Fakta ini membuat
Pihak GAM percaya lebih banyak kepada pemerintah dan boleh menerima Negosiasi
di Helsinki.
“Kesimpulan
yang dapat kami ambil, bahwa Sikap politik pejuang GAM dipengaruhi oleh adanya
political will Pemerintahan Indonesia." Ketika Pemerintah Indonesia
terbuka untuk dialog, maka pihak pejuang dengan senang hati mengikuti.
Ditambah
lagi Pihak penengah HDC turut meyakinkan Pejuang GAM untuk memulai dialog guna
mengakhiri pera Aceh.
Keterlibatan
Dunia Internasional
Keterlibatan
dunia internasional terjadi setelah tekanan intelektual aceh. Intelektual Aceh
ingin mennigkatkan skala konflik aceh menjadi masalah internasional.
Pada
awalnya Intelektual aceh membentuk jaringan di tingkat universitas, membentuk
ruang publik untuk menyebarkan informasi kepada rakyat indonesia mengenai apa
yang sebenarnya terjadi di Aceh.
Hal
ini dianggap menaikkan level konflik antara aceh dengan pemerintah Indonesia
ditambah lagi dengan datangnya pemain baru, yaitu Aktivis-aktivis dan mahasiswa
yang bergerak membangun isu-isu Aceh seperti pelanggaran HAM dan Kejahatan yang
di lakukan pemerintah indonesia terhadap rakyat Aceh.
Setelah
memiliki organisasi di berbagai kampus, intelektual aceh mulai membangun
rangkaian jaringan dengan berbagai organisasi masyarakat di Indonesia,
khususnya organisasi yang bergerak di bidang HAM. Karena itu Organisasi
masyarakat memberikan dukungan dengan bekerjasama untuk menyampaikan informasi
apapun terkait dengan konflik aceh.
Kerjasama
di tingkat universitas dan organisasi masyarakat untuk mendorong Kampanye
"Komite Dukungan Hak Asasi Manusia Aceh - Support Committee Human Right
for Aceh" agar masyarakat Internasional dapat melihat dan menaruh
perhatian terhadap pelanggaran HAM di Aceh.
Ketibaan
organisasi internasional pada masa itu tidak dianggap sebagai intervensi di
negara ini sama sekali, kareana Dunia internasional masuk untuk memperhatikan
pelanggaran HAM dan hak serta kebebasan rakyat Aceh dalam ekspresi politik.
Secara
lebih dalam dapat kita perhatikan, proses ini dimulai oleh intelektual Aceh
yang umumnya dimulai dari kampus. Karena kaum intelektual dianggap sebagai asal
proses pemikiran bagi semua orang. Jika pengetahuan diterapkan, orang akan
melakukannya dengan cara berbeda-beda. Sebagian orang dapat mengorganisir
pekerjaan kolektif dengan satu ideologi yang sama seperti yang terjadi pada
masalah Aceh.
Rangkaian
organisasi di jakarta yang mempublikasikan berbagai pelanggaran HAM di Aceh,
didukung oleh kemauan rakyat untuk menunjukkan kengininan mereka di ruang
publik dan menyatakan apa yang mereka fikirkan. Sudah tentu ruang publik ini
menjadi bagian dari aturan demokrasi dimana setiap orang memiliki hak yang
sama. Jika Pemerintah memberi peluang kepada rakyat untuk berbicara dan
menyatakan kebutuhan mereka sendiri, maka akan membawa kepada dialog dan ide
untuk membawa keamanan bagi semua pihak.
Pembelajaran
Dari Aceh Untuk Patani
Perkara
yang harus deiplajari bagi Patani adalah berkumpulnya intelektual Aceh yang
membawa perdamaian ke Aceh.
Saat
ini Patani mempunyai banyak organisasi mahasiswa yang bergerak pada isu politik
Patani. Namun yang menjadi perhatian saya adalah organisasi ini tidak
bekerjasama karena perbedaan gagasan. Namun demikian organisasi-organisasi ini
memilki tujuan yang sama yaitu menjadikan dialog sebagai jalan penyelesaian
konflik bersenjata.
Karena
Pergerakan Mahasiswa tidak berpotensi melobi pemerintah, Mahasiswa patani perlu
bekerjasama menjadikan satu gerakan yang berfungsi dan berpengaruh di berbagai
bidang. Bagaimanapun juga, hal pertama yang boleh dibagi adalah keterbukaan
gagasan supaya terdapat ruang bagi para mahasiswa untuk berdialog dan bertukar
gagasan. Jika Mahasiswa patani sudah bersatu, maka kerja selanjutnya adalah
merangkai jaringan dengan organisasi di luar Patani. Hal ini untuk menyambung
informasi kepada organisasi di dalam negara mengenai apa yang terjadi di
kawasan Patani. Organisasi lokal akan menjadi corong bagi organisasi lain untuk
menyebarkan informasi kepada masyarakat agar mereka memahami situasi Patani.
Jika
informasi ini disebarkan, Dunia internasional akan menunjukkan minatnya
terhadap isu ini. Forum internasional akan bekerja untuk menarik organisasi
internasional masuk ke kawasan konflik. Baik itu informasi yang disampaikan
oleh organisasi maupun berita yang beredar melalui media sosial, akan membuat
negara lain menyadari apa yang terjadi di kawasan tersebut. Biasanya dunia
internasional hanya menerima informasi dari sebelah pihak (misalnya Pemerintah
saja), tentunya berita yang dikontrol pemerintah memberikan informasi yang
tidak benar.
Sehingga,
walau bagaimanapun,organisasi lokal harus terbuka untuk bekerjasam dengan
berbagai organisasi di luar kawasan. Jika organisasi lokal tidak dapat menerima
pendapat yang berbeda, maka penyelesaian konflik tidak akan berhasil dilakukan,
karena konflik adalah sifat manusia.
Karena
itu Bekerjasama adalah perkara yang paling penting. mencapai tujuan bersama
bagi benyak organisasi. Sudah barang tentu, konflik ingin diselesaikan dengan
negosiasi antara berbagai pihak. Masyarakat ikut terlibat guna memastikan suara
mereka dipertimbangkan.
Sumber
: Dialeksis, 06 Februari 2019.
0 komentar:
Posting Komentar