Oleh Rauzatul Jannah,
Mahasiswi Universitas Almuslim Peusangan, Bireuen, peserta KKM-PPL di luar
negeri, melaporkan dari Thailand.
Alhamdulillah, sudah
lebih tiga bulan kami, peserta Kuliah Kerja Mahasiswa-Program Praktik Lapangan
(KKM-PPL) berada di Thailand Selatan, untuk melaksanakan suatu pengabdian di
negara yang berbentuk kerajaan ini.
Saya Rauzatul Jannah,
mahasiswi semester 4 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Almuslim Peusangan, Bireuen, salah
seorang peserta program KKM-PPL di Thailand
Selatan. Ini merupakan program KKM Internasional, hasil kerja sama Pemerintah
Indonesia dengan Badan Alumni Internasional Thailand Selatan.
Peserta program KKM-PPL
pada angkatan ini tercatat 71 mahasiswa dari 12 perguruan tinggi se-Indonesia
yang mendapatkan kesempatan mengikuti program ini. Bagi Universitas Almuslim
tahun ini merupakan tahun ketiga mendapat kesempatan mengirimkan mahasiswannya
untuk pengabdian di Negeri Pagoda ini.
Kami dari Universitas
Almuslim ditempatkan di lima provinsi yang berbeda, yaitu Provinsi Narathiwat,
Yala, Pattani, Songkhla, dan Patthalung. Saya sendiri di Provinsi Pattani.
Masyarakat Melayu setempat menyebut provinsi ini dengan Provinsi Pattani
Darussalam atau Pattani Raya.
Saya ditempatkan di
Bamrong Islam School Pattani atau dalam bahasa Melayu mereka sebut Madrasati
Jannati, Pattani. Selama melaksanakan pengabdian ini, begitu banyak pengalaman
dan perbedaan yang saya dapatkan, mulai dari sistem pelaksanaan KKM-PPL yang
tentunya sangat berbeda dengan yang dilaksanakan di Aceh, terutama dalam hal
bahasa, budaya, kebiasaan, dan berbagai ragam tradisi kemasyarakatan lainnya.
Berbicara tentang
budaya di Pattani (Thailand Selatan) sangatlah kental dengan Islam. Hal ini
dapat dilihat dari kebiasaan dan cara mereka berpakaian dan bersikap yang
sangat islami. Di setiap sudut kehidupan mereka selalu ditanamkan nilai-nilai
islam, mulai dari budaya mengucapkan salam dan bersalaman saat berpapasan masih
sangat terjaga dalam kehidupan mereka.
Ke mana pun saya pergi
jumpa seseorang, meskipun dia tak mengenal saya, tetapi mereka tetap memberi
salam dan berjabat tangan. Tetapi di sini kaum laki-laki dan perempuan tak
boleh berjabat tangan. Cukup dengan senyum dan tunduk saja untuk memberi hormat
kepada mereka.
Pakaiannya sangat
islami, apalagi saat ke luar masjid setelah melaksanakan shalat fardu. Kaum
prianya hampir semua menggunakan jubah dan juga memakai serban di kepala.
Itulah pemandangan yang sehari-hari saya lihat.
Hasil pengamatan saya
saat mengajar anak-anak sekolah, saya mendapatkan pengalaman tentang perbedaan
pengucapan antara bahasa Melayu Pattani dengan bahasa melayu Indonesia ataupun
Malaysia. Saat pertama hadir di sekolah, hal yang pertama sekali saya pelajari
adalah bahasa. Ternyata pengucapan dan kata-kata bahasa Melayu mereka memiliki
terdapat banyak perbedaan dengan bahasa Melayu Indonesia ataupun Malaysia.
Tentang bahasa di
sekolah mereka menggunakan bahasa Melayu Pattani dan bahasa Siam. Jadi, sangat
jarang di antara mereka menguasai bahasa Melayu yang serumpun seperti bahasa
Indonesia ataupun Melayu Malaysia.
Dengan keadaan seperti
itu, saat pertama kali masuk sekolah, saya sempat bingung bagaimana cara
berkomunikasi dan mengajarkan pelajaran sekolah kepada anak-anak di sini,
karena saya ditempatkan seorang diri di sekolah tersebut tanpa ada kawan atau
kelompok dari universitas lain dari Indonesia. Kebetulan saya dari Prodi
Pendidikan Bahasa Inggris, lalu saya coba untuk berkomunikasi dengan bahasa
inggris. Eh, ternyata hasilnya juga nihil, karena mereka tidak bisa berbahasa
inggris.
Saya tambah bingung,
saya sempat sedih karena di sini saya seorang diri dan tak tahu hendak
berbicara dan mengadu kepada siapa. Saya juga tak paham bahasa mereka (Siam).
Jadi, klop deh bingungnya.
Untungnya kepala
sekolah tempat saya PPL-KKM sangat baik. Saya baru berjumpa dengannya sore
hari. Ia bisa berbahasa Melayu dan paham bahasa Indonesia. Nah, kebetulan
bahasa Indonesia orang Aceh hampir sama dengan bahasa Melayu yang mereka
kuasai. Itulah yang membuat hati saya lega dan tak terbebani.
Di sekolah tempat saya
mengajar, muridnya jarang berkomunikasi dengan bahasa Melayu, begitu juga
dengan bahasa Inggris, walaupun sudah duduk di bangku SMA.
Kebetulan saya mengajar
di tingkat mathayom 2 sampai mathayom 4. Di Indonesia, mathayom 1-3 setara
dengan SMP dan mathayom 4-6 setara dengan SMA. Karena persoalan bahasa,
akhirnya saya coba mengajar dengan tiga bahasa, yaitu bahasa Melayu, bahasa
Inggris, dan juga bahasa Siam yang sedang saya pelajari.
Untuk lancarnya proses
praktik PPL-KKM dalam mengajar murid yang kurang paham bahasa yang saya kuasai
maka terpaksa saya putar otak memikirkan starategi apa yang harus saya lakukan.
Saya coba memilih
seorang siswa yang bisa memahami bahasa Melayu atau bisa mengerti bahasa
Inggris. Lalu, saya jadikan mereka sebagai penerjemah materi yang saya
sampaikan dengan bahasa Indonesia ataupun dengan bahasa Inggris, untuk
diterjemahkan ke bahasa Thai. Alhamdulillah, metode yang saya praktikkan ini
ternyata berjalan lancar dan siswa pun sangat senang belajar dan mengerti apa
yang saya sampaikan. Akhirnya saya makin percaya diri saat berada di depan
kelas dan setiap pekerjaan rumah (PR) yang saya berikan mereka kerjakan dengan
baik.
Pengalaman mengajar
dengan teknik dan startegi seperti ini mungkin tak pernah saya dapatkan di
Indonesia. Di sinilah saya harus membuktikan kepada mereka, meskipun berbeda
suku bangsa dan bahasa, tapi seorang guru tetap harus membuat muridnya paham
dan mengerti apa yang diajarkan dengan cara apa pun, meskipun tenaga terkuras
tiga kali lipat dan waktu banyak yang terbuang untuk proses penerjemahan.
Ingat, seorang guru
dikatakan berhasil bukan karena sering memakai baju batik Korpri dan bergaji
besar, akan tetapi keberhasilannya dilihat dari seberapa banyak siswa yang bisa
berubah menjadi lebih pintar dan lebih baik setelah menerima pelajar dari sang
guru. Salam “PahlawanTanpaTanda Jasa” dari Pattani. I love Indonesia and I love
Aceh.
Editor : Media Informasi News (MIN).
_______________
Lihat Lanjut Disini :-
0 komentar:
Posting Komentar