SEJARAH
DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI THAILAND
A. Pendahuluan
Dengan
keluasan tanah sebanyak 513,120 kilometer Thailand menjadi negara ke-50
terbesar di dunia manakala daripada aspek bilangan penduduk Thailand menjadi
negara ke-20 terbesar.Kawasan ini beriklim Khatulistiwa.Thailand menjadi
kawasan yang menempatkan beberapa keunikan yang sukar ditemui di kawasan
lain.Bagian utara negara ini mempunyai landskap yang bergunung-gunung dan
puncak tertinggi di banjaran ini ialah Doi Inthanon dengan ketinggian 2565
meter dari aras laut. Ke arah Timur Laut terdapatnya Dataran Khorat yang
disempadani oleh Sungai Mekong.Di kawasan tengah negara ini pula terdapatnya
Lembangan Chao Praya yang mengalir ke Teluk Thailand.Di kawasan Selatan pula
terdapat lembah sungai Kra Ishtmus yang makin luas setelah mengalir ke
Malaysia.Sejak Thailand merupakan sebuah negara yang tidak maju,sungai menjadi
sumber air yang utama dan disebabkan oleh ini Chao Praya dan Sungai Mekong
menjadi sumber air yang utama.Kawasan persisiran pantai di Thaland dijaga
dengan begitu rapi sekali kerana sektor pelancongan menjadi penyumbang utama
ekonomi negara. Agama mayoritas penduduk Thailand adalah Budha. mayoritas
Muslim tinggal di bagian selatan Thailand, dimana disana juga terdapat gerakan
sipil dan bersenjata menentang diskriminasi Ras yang dilakukan oleh pemerintah
pusat. Mereka memperjuangkan kemerdekaan atau otonomi untuk wilayah mereka.
Thailand
biasa disebut juga Muangthai, atau Muangthai Risabdah, atau Siam, atau negeri
gajah putih, terletak di sebelah utara Malaysia, dan sering dilukiskan sebagai bunga yang mekar diatas sebuah
tangkai. Thailand berarti negeri yang merdeka, karena memang merupakan
satu-satunya negeri di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh kekuasaan
barat atau Negara lain. Di Thailand, negeri yang mayoritasnya beragama Budha,
terdapat lebih dari 10% penduduk muslim dari seluruh populasi penduduk Thailand
yang berjumlah kurang lebih 67 juta orang.
Penduduk
muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan Thailand, seperti
di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya yang dalam sejarahnya
adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Dengan jumlah umat yang menjadi
minoritas ini, walau menjadi agama kedua terbesar setelah Budha, umat Islam
Thailand sering mendapat serangan dari umat Budha (umat Budha garis keras),
intimidasi, bahkan pembunuhan masal. Islam berada di daerah yang sekarang
menjadi bagian Thailand Selatan sejak awal mula penyebaran Islam dari jazirah
Arab.
Hal
ini bisa kita lihat dari fakta sejarah, seperti lukisan kuno yang menggambarkan
bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di Thailand. Dan juga keberhasilan
bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah Pattani menjadi bukti bahwa Islam
sudah ada lebih dulu sebelum Kerajaan Thai.Dan lebih dari itu, penyebaran Islam
di kawasan Asia Tenggara merupakan suatu kesatuan dakwah Islam dari Arab, di
masa khilafah Umar Bin Khaththab. Entah daerah mana yang lebih dahulu didatangi
oleh utusan dakwah dari Arab, akan tetapi secara historis, Islam sudah menyebar
di beberapa kawasan Asia Tenggara sejak lama, di Malakka, Aceh (Nusantara),
serta Malayan Peninsula termasuk daerah melayu yang berada di daerah Siam
(Thailand). Secara garis besar, masyarakat muslim Thailand dibedakan menjadi dua, yaitu: masyarakat muslim imigran (pendatang) yang
berlokasi di kota Bangkok dan Chiang Mai ( Thailand tengah dan utara), dan
masyarakat muslim penduduk asli, yang berada di Pattani (Thailand selatan).
Tetapi dalam tatanan sosial, muslim Thailand mendapat julukan yang kurang enak,
yaitu khaek (pendatang, orang luar, tamu). Istilah ini juga digunakan untuk
menyebut tamu-tamu asing atau imigran lain.
B. Kondisi Pemerintahan di Thailand
Pada
tahun 2004 bertepatan pada bulan April, pada masa kepekimpinan Thaksin
Shinawarta, insiden berdarah telah terjadi sehingga mengakibatkan 30 pemuda
muslim tewas di masjid Kru Se. peristiwa keji terjadi yang kedua kalinya pada
bulan oktober 2004 yang mengakibatkan 175 tahanan pejuang Muslim Takbai
meninggal dunia, akibat dijejalkan militer Thailand dalam sebuah truk dengan
kondisi tangan di belakang. pada perkembangan Muslim Pattani antara 2004 hingga
Mei 2007. Periode ini sangat urgen tidak hanya karena banyaknya korban dalam
kurun waktu ini, setidaknya 2000 korban meninggal. Sehingga di penghujung tahun
2008, Thailand ingin memiliki Perdana Menteri baru yang diharapkan dapat
membawa angin perubahan. Dengan rezim barunya harus berjuang keras mencari
alternative dalam menangani masalah konflik Thailand Selatan.
Rupanya
perdamaian Aceh (Gerakan Aceh Merdeka) menjadi model upaya perdamaian dan
rekonsiliasi di Thailand Selatan. Identitas lokal di Thailand Selatan lebih
dekat dengan Kelantan dan Kedah, Malaysia. Masyarakat secara tradisional lebih
memilih menggunakan bahasa Melayu dibandingkan bahasa Thai yang digalakkan oleh
pemerintah pusat sebagai bahasa resmi negara. Keterpaksaan ini dirasakan
masyarakat Melayu Muslim di Thailand Selatan selama puluhan tahun.
Penggunakan
bahasa Thai diwajibkan oleh pemerintah, baik itu di kantor kerajaan,
pemerintah, sekolah dan media. Dan ternyata strategi pemerintah Thailand memang
membuahkan hasil. Dalam waktu sekitar 50 tahun, banyak generasi muda Melayu
Muslim lebih suka berbahasa Thai dibandingkan bahasa Melayu, baik di sekolah maupun
dalam pergaulan sehari-hari. Tetapi mereka ’dipaksa’ keluarga untuk berbicara
dalam bahasa Melayu ketika mereka berkumpul dilingkungan keluarga.
C. Sejarah Masuknya Islam di Thailand
Diperkirakan
para penyebar Agama Islam yang paling banyak datang ke Nusantara diperkirakan
sekitar tahun seribu empat ratusan masehi atau secara berturut datang setelah
itu hingga keabad lima belas dan enam belasan. Dan diduga bahwa
penyebar-penyebar tersebut adalah keturunan bani Abbasyiah.
Adapun
pendapat lain mengatakan bahwa Islam diperkirakan datang ke negara Thailand
sekitar pada abad ke-10 atau 11 melalui jalur perdagangan. Yang mana penyebaran
Islam ini dilakukan oleh para guru sufi dan pedagang yang berasal dari wilayah
Arab dan pesisir India. Pendapat lain ada yang mengatakan Islam masum ke
Thailand melalui Kerajaan Samudra Pasai di Aceh.
Salah
satu bukti yang menguatkan pendapat ini adalah ditemukannya sebuah batu nisan
yang bertuliskan Arab di dekat Kampung Teluk Cik Munah, Pekan Pahang yang
bertepatan pada tahun 1028 M.
Dahulu,
ketika Kerajaan Samudera Pasai ditaklukkan oleh kerajaan Siam (Thailand),
banyak orang-orang Islam yang ditawan, yang mana ketika itu Raja Zainal Abidin
lah salah satu tawanan kerajaan Siam yang kemudian di bawa ke Thailand. Para
tawanan itu akan dibebaskan apabila telah membayar uang tebusan. Kemudian para
tawanan yang telah bebas itu ada yang kembali ke Indonesia dan ada pula yang
menetap di Thailand dan menyebarkan agama Islam di wilayah Thailand Selatan
yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Pada
tahap pertama Islam diwarnai dakwahnya dengan Tasawuf dan Mistik setidaknya
sampai pada abad ke-17. Hal ini karena dirasa paling cocok dengan latar
belakang masyarakat setempat yang dipengaruhi oleh asketisme Hindu-Budha dan
sinkretisme kepercayaan lokal dan tarekat cenderung lebih toleran dengan
tradisi semacam itu. Sehingga ditemukan bahwa terdapat nama-nama ulama sufi
terkenal sebagai penyebar Islam, diantaranya adalah Syiekh Syafiuddin Ahmad Ad
Dajjani Al-Qusyasyi, beliau adalah seorang keturunan Abbas bin Abdul Muthalib
(paman Nabi Muhammad s.a.w). diceritakan juga bahwa ada dua orang yang
sezaman/bersahabat karib yang sama-sama menjalankan aktivitas dakwah Syeikh
Syafiuddin di Pattani. banyak yang menduga bahwa baliaulah yang pertama
mengislamkan Pattani, barangkali anggapan ini adalah satu kekeliruan karena
Pattani memeluk Islam jauh lebih awal dari kedatangan beliau ke Pattani, bahkan
Pattani dianggap tampat yang telahlama menerima Islam tak ubahnya seperti di
Aceh juga.
D. Pekembangan Islam Di Thailand
Dakwah
Islam senantiasa di seluruh penjuru dunia. Islam adalah agama yang tidak
mengenal batas dan sekat-sekat nasionalisme. Pun di sebuah negeri yang
mayoritas penduduknya bukanlah pemeluk agama Islam Thailand.
Thailand
dikenal sebagai negara yang pandai menjual potensi pariwisata sekaligus sebagai
salah satau negara agraris yang cukup maju di Asia Tenggara. Mayoritas penduduk
Thailand adalah bangsa Siam, Tionghoa dan sebagian kecil bangsa Melayu. Jumlah
kaum muslim di Thailand memang tidak lebih dari 10% dari total 65 juta penduduk,
namun Islam menjadi agama mayoritas kedua setelah Budha. Penduduk muslim
Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan Thailand, seperti di
propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya yang dalam sejarahnya
adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Kultur melayu sangat terasa di
daerah selatan Thailand, khususnya daerah teluk Andaman dan beberapa daerah
yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Bahkan beberapa nama daerag berasal
dari bahasa Melayu, seperti Phuket yang berasal dari kata bukit dan Trang yang
berasal dari kata terang.
Proses
masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakuisi kerajaan
Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thai sebagai Pattani
Darussalam). Pattani berasal dari kata Al Fattani yang berarti kebijaksanaan
atau cerdik karena di tempat itulah banyak lahir ulama dan cendekiawan muslim
terkenal. Berbagai golongan masyarakat dari tanah Jawa banyak pula yang menjadi
pengajar Al Qur’an dan kitab-kitab Islam berbahasa Arab Jawi. Beberapa kitab
Arab Jawi sampai saat ini masih diajarkan di beberapa sekolah muslim dan
pesantren di Thailand Selatan.
Perkembangan
Islam di Thailand semakin pesat saat beberapa pekerja muslim dari Malaysia dan
Indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19. Saat itu mereka membantu
kerajaan Thailand membangun beberapa kanal dan system perairan di Krung Theyp
Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai Propinsi Bangkok). Beberapa keluarga
muslim bahkan mampu menggalang dana dan mendirikan masjid sebagai saran ibadah,
sebuah masjid yang didirikan pada tahun 1949 oleh warga Indonesia dan komunitas
muslim asli Thailand. Tanah wakaf masjid ini adalah milik Almarhum Hjai Saleh,
seorang warga Indonesia yang bekerja di Bangkok.
Masjid
Jawa adalah masjid lain yang juga didirikan oleh komunitas warga muslim
Indonesia di Thailand. Sesuai dengan namanya, pendiri masjid ini adalah warga
Indonesia suku Jawa yang bekerja di Thailand. Namun demikian, anak cucu para
pendiri masjid ini berbicara dalam bahasa Thai dan Inggris saat menceritakan
asal muasal berdirinya Masjid Jawa ini. Masjid Indonesia dan Masjid Jawa
hanyalah sebagian dari lima puluhan masjid lain yang tersebar di seluruh
penjuru Bangkok.
E. Kehidupan Muslim di Thailand
Ummat
Islam di Thailand tidak seberuntung seperti Ummat Islam di Malaysia yang mana
hampir semua sarana da’wah seperti masjid-masjid disediakan oleh pemerintah
Malaysia. Demikian pula dengan Imam, Khotib, Bilal, dan pengurus-pengurus
masjid digaji langsung oleh pemerintah. Sarana media seperti TV maupun radio di
Malaysia diberikan waktu tiap malam untuk da’wah Islam.
Kawasan
Thailand bagian selatan yang merupakan basis masyarakat melayu-muslim adalah
daerah konflik agama dan persengketaan wilayah dengan latar belakang ras dan
agama yang berkepanjangan. Konflik Thailand selatan terjadi sejak diserahkannya
wilayah utara Melayu oleh pemerintah colonial Inggris kepada kerajaan Siam.
Saat itu dibuatlah Traktat Anglo-Siam yang menabut hak-hak dan martabat Muslim
Pattani. Akibatnya, muncul aksi-aksi perlawanan dan ditanggap pemerintah pusat
sebagai separatisme, hingga diberlakukan darurat militer di wilayah tersebut.
Di
beberapa kota pelabuhan, Islam bukanlah agama bagi komunitas perkampungan
melainkan agama para individu yang mobil yang menyatu dalam jaringan asosiasi
internasional. Dari Singapura pembaharuan Islam menyebar ke seluruh Asia
Tenggara melalui perdagangan, haji, dan melalui gerakan pelajar, guru dan sufi.
Sudah
pada tempatnya dunia Islam segera meyampaikan appeal kepada pemerintah supaya
elindng, menyelamatkan Ummat Islam dan memberikan persamaan hak di segala
bidang kepada mereka, termasuk hak-hak untuk beribadah dan melaksanakan
ajaran-ajaran Islam, hak yang sama dengan hak-hak yang dmiliki penduduk yang
beragama Budha.
F. Muslim Thailand Sebagai Minoritas
Perlulah
kita membatasi definisi atau pengertian tentang minoritas muslim, karena
terdapat sejumlah pertimbangan dalam masalah ini, dengan pengertian bahwa
Negara yang jumlah penduduk kaum musliminnya lebih dari setengah jumlah penduduk, itu tergolong Negara Islam.
Akan tetapi apabila jumlah kaum musliminnya kurang dari setengah jumlah
penduduk, maka digolongkan (minoritas) masuk ke dalam Negara yang bukan Islam.
Negara
bukan Islam yang berjulukan Negara Gajah Putih, tercatat minoritas kaum Muslim
yang berjumlah sekitar 5% atau 1,5 juta jiwa dari penduduk Thailand, Mayoritas
Muslim tinggal di wilayah selatan khususnya Pattani, Yala, dan marathiwat.
Mereka kerap terdiskriminasi dalam segala sektor kehidupan. Pada saat ini
mayoritas penduduk Thailand yang beragama Budha sekitar 80%. Daerah-dareh
tersebut awalnya merupakan bagian dari sebuah kerajaan Melayu Islam Pattani
Darusalam.Daerah yang sekarang disebut Thailand selatan pada masa dahulu berupa
kesultanan-kesultanan yang merdeka dan berdaulat, diantara kesultanan yang
terbesar adalah Patani. Thailand sebelumnya bernama Siam yang kemudian pada
tahun 1939 M, Nama Siam diganti dengan Muangthai.
Derita
yang dialami masyarakat muslim di Thailand Selatan yang sebagai minoritas ini
adalah akibat dari pembatasan ruang gerak mereka untuk memperoleh hak-haknya
dalam bidang ekonomi, politik, dan keagamaan. Juga karena problematika klasik
yang telah berlangsung lama yang menyalahi keyakinan dan nilai-nilai
keislamannya. Minoritas ini menuntut pemisahan diri dan kemerdekaan seperti
yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa perdamaian Aceh (Gerakan Aceh Merdeka)
menjadi model upaya perdamaian dan rekonsiliasi di Thailand Selatan.
Dalam
tatanan sosial, muslimin Thailand mendapatkan julukan yang kurang enak untuk
didengar. Yaitu Kheik atau khaek yang berarti orang luar, yang secara harfiah
berarti pendatang atau orang yang datang menumpang. Dalam bahasa Thai, istilah
ini juga selama berabad-abad sudah dikenal untuk menyebut kaum pendatang
berkulit hitam dari daerah Melayu dan Asia Selatan, orang-orang Thai-Islam
menolak sebutan ini dan menyatakan bahwa kedatangan mereka (khususnya di
kawasan Thailand Selatan), jauh lebih awal daripada kedatangan orang-orang
Budha Thailand. Hingga istilah Thai-Islam dibuat pada 1940-an. Akan tetapi
istilah ini menimblkan kontradiksi karena istilah Thai merupakan sinonim dari
kata Budha sedangkan Islam identik dengan kaum muslim melayu pada waktu itu.
Jadi bagaimana mungkin seseorang menjadi budha dan muslim pada satu waktu? Maka
dari itu kaum muslim melayu lebih suka dipanggil Malay-Islam.
G. Lembaga-lembaga Islam di Thailand
Thailand
merupakan Negara yang penduduknya minoritas muslim karena mayoritas penduduk
disana beragama budha. Meskipun penduduk muslimnya minoritas tetapi di Thailand
memiliki lembaga atau kelompok yang kuat dan aktif. Empat kelompok gerakan
Islam yang kuat dan aktif adalah:
1. Golongan
tradisional yang sangat berpengaruh di selatan.
2. Golongan
ortodoks yang menerbitkan majalah Rabbitah.
3. Golongan
modernis yang menerbitkan jurnal al jihad.
4. Golongan
Chularajamontri 66 yang disponsori oleh pemerintah.
Adapun
kelompok-kelompok yang beragam dari organisasi separatis mengaku beroperasi
dipropinsi-propinsi melayu, Muangthai selatan, terdiri atas:
1. Barisan
Nasional Pembebas Patani (BNPP)
Kelompok ini didirikan
oleh seorang aristrokat Melayu. Barisan ini adalah kelompok Islam konservatif
dan dipercaya punya hubungan yang dekat dengan Partai Islam se Malaysia (PAS)
yang berkuasa di Negara tetangga Kelantan. Secara ideologis bertentangan dengan
BNPP.
2. Barisan
Revolusi Nasional (BRN)
Didirikan oleh seorang
guru agama, punya suatu sikap yang didasarkan pada ajaran kiri. Karena diduga
beraliansi dengan Partai Komunis Malaysia (CPM), BRN Nampak kurang menerima
dukungan dari rakyat.
3. Kelompok
sabilillah ( jalan Allah)
Merupakan kelompok
berbasis kota yang muncul selama demonstrasi besar yang dilakukan Patani di
akhir tahun 1975 dan awal 1976.
4. Patani
United Liberation Organization (PULO)
Merupakan organisasi
muslim yang paling terkenal di Thailand. Didirikan seorang aristocrat dan
memiliki tujuan menyatukan semua faksi-faksi politik yang aktif melawan
imperialisme Thai nampak ditujukan pada semua masyarakat melayu.
H. Integrasi Untuk Konsolidai
Penyatuan
secara politik daerah Muslim ke dalam Thailand adalah hasil akhir perjuangan.
Di permulaan seperempat akhir abad ke enam belas orang spanyol bertempur di
Perang moro selam tiga ratus tahun sebelum kesultanan islam di Mindanao dan sulu enggan mengakui kedaulatan orang spanyol. Dan
di dua decade pertama abdini, orang Amerika dengan spanyol mengharuskan untuk
membantu beberapa biaya untuk kampanye militer untuk memenangkan muslim
Pilipina. Kekuatan spanyol dan amerika digunakan dalam penaklukan Muslim yang
diawali oleh Kristen Pilipina dan pada tahun 1920 pemerintah efektif didaerah
Muslim filipinization kebijaksanaan mencari pemerintah sendiri bangsa persemakmuran (1935) dan akhirnya
republic (1946).
Orang
Siam berusaha untuk menaklukan bangsa Melayu bagian utara penezuela di akhir
abad ke 13 masa pemerintah raja Ramakhamhaeng sukhothai tapi itu tidak sampai
abad ke 19, setelah banyak pertumpahan darah dan tipu daya. Thailan (yang
kemudian disebut dengan siam) menjadi orang yang berdaulat didaerah itu. Dengan
kebaikan Anglo-Siamese tahun 1904 dan 1909, dia diharuskan untuk menyerahkan
hak kekuasaan Raja di empat Negara Melayu yang mana kemudian bergabung ke dalam Inggris Melayu, tapi
diberikan secara diam-diam pengakuan Otoritasnya atas tetritorial dan
perbatasan Melayu bagian Utara.
Sebagian
Thailan Tenggara sudah lama di eksploitasi untuk timah, meskipun Muslim
pedesaan kebanyakan petani dan pelaut. Di abad dua puluh, daerah ini
menghasilkan karet dan kelapa. Sebagian untuk tujuan pengembangan perkebunan
dan hasil bumi dan sebagian untuk memperkenalkan pencampuran etnik ke dalam
predominan Melayu Tenggara, pemerintah Thailan mensponsori, sejak perang duani
ke II, transmigrasi ribuan non Muslim
Thailan takut pada suatu hari
nanti mereka akan dipisah-pisahkan di tanah mereka sendiri oleh non Muslim dan
itu adalah rencana nyata pemerintah.
Motive
orang Thailan pada integrasi culcutal minoritas orang mereka termasuk Muslim
agak kompleks. Sebenarnya motif utama
adalah keinginan alami untuk menempa
kesatuan bangsa untuk melawan kekuatan
sentrifugal kedaerahan dan kesukuan. Sebagian tambahan ada ketidak jelasan misi sivilisatris pada
sebagian mayoritas Kristen dan Budha dengan non Kristen d an non Budha di
Negara ini. Tidaka ada pertanyaan orang minoritas, kecuali, Cina, biasanya di
pandang oleh orang mayoritas sebagai orang yang terbelakang dan tidak maju.
Muslim menemukan implikasi kebijaksanaan integrasi dan program menyakitkan
hati.
Di
Thailan muslim sebagai minoritas mendemontrasikan diri mereka bertekad dan
secara terorganisir untuk menantang. Karena itu
tekanan besar dilakukan pada mereka. Tekanan ini dilakukan jauh
lebih terkendali di Pilipina dari pada
di Thailan, Pilipina adalah Negara demokrasi sekuler yang menjalankan prinsip
pemisahan gereja dan Negara serta kebebasan
beragama. Jadi, pemerintah merespon komplen tetang aspek integrasi yang ditimbulkan oleh umat muslim yang
didasarkan oleh agama. Komisi integrasi nasional berdiri tahun 1957,
adalah agensi pemerintah yang
bertanggung jawab pada penerimaan dan penafsiran semua komplen. Kegiatan
integrasi pemerintah.
I. Tingkah Laku Negatif Kaum Mayoritas
Di
pilipinan dan Thailan minoritas popular dengan sebutan Moros dan Khaek. Kedua
istilah ini memiliki konotasi merendahkan
dan mensimbolkan ketidak nyamanan posisi umat muslim berhadapakan dengan
mayoritas. Muslim Pilipinan pertama di panggil Moros oleh orang Spanyol di abad
enam belas. Setelah orang islam Afrika Utara Muuritanians (Moors) dibawah
kepemimpinan Aab menaklukan dan mengatur spanyol selama delapan abad. Namannya
tetap lengket, tapi beberapa abad kemudian
nama itu berubaha menjadi muslim Pilipinan yang keras melawan penjajah dan
Filipinization. Makna popular moro mengandung arti orang yang tidak perduli,
khianat, kekerasan, poligami, budak, bajak laut dan lain-lain. Di tahun 1950
muncul reaksi pada makna negative ini banyak muslim mulai memaksa dipanggil
muslim atau muslim pilipinan. Mereka mulai sensitive di panggil moros. Non
muslim mulai berhati-hati menggunakan
istilah ini sekurang-kurangnya didepan
orang muslim.
J. Identitas Psikologi dan Sosial Politik
Muslim
thailand tidak mempunyai orang yang pintar mengenai ilmu agama, philosofi, dan formulasi resmi
islam dan mereka mungkin bingung dengan
tahayul pre-islam dan adat yang sangat penting dalam islam, tapi kebanyakan dari mereka.
Mereka sadar sebagai sebuah komuniti dan
akhirnya secara ideal mengatur semua aspek kehidupan mereka. Yang paling
penting tidak ada pertanyaan
tentang watak psikologi orang
umum menjadi muslim dengan analisa terakhir, kriteria yang kuat (meskipun dalam hokum islam)
oleh tingkatan ke islaman bias dinilai.
Dalam waktu yang sama antara muslim
pilipinan dan thailan ada beberapa yang tekun
mempelajari islam dan dari orang-orang ini muncul yang dikenal dengan ulama yaitu pemimpin keagamaan yang berkualitas untuk
menyerukan agama.
K. Bukti Peninggalan Islam di Thailand
Sebagai
bukti bahwa ada sejarah masuknya islam di Thaland adalah dengan ditemukan nya
bukti-bukti peninggalan islam. Adapun bukti-bukti masuknya islam di tanah
Thailand adalah:
1.
Batu nisan yang bertuliskan Arab di dekat Kampung Teluk Cik Munah, Pekan Pahang
yang bertepatan pada tahun 1028 M.
2.
Masjid Jawa yang didirikan oleh komunitas warga muslim suku Jawa Indonesia yang
bekerja di Thailand.
3.
kanal dan system perairan di Krung Theyp Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai
Propinsi Bangkok), yang merupakan bangunan yang dibangun oleh pekerja muslim
dari Malaysia dan Indonesia yang masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19.
4.
Kitab-kitab Islam berbahasa Arab Jawi yang sampai saat ini masih diajarkan di
beberapa sekolah muslim dan pesantren di Thailand Selatan.
5.
Lukisan kuno yang menggambarkan bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di
Thailand dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah.
6.
Ditemukan bahwa terdapat nama-nama ulama sufi terkenal sebagai penyebar Islam,
diantaranya adalah Syiekh Syafiuddin Ahmad Ad Dajjani Al-Qusyasyi, beliau
adalah seorang keturunan Abbas bin Abdul Muthalib (paman Nabi Muhammad s.a.w).
Sumber : http://negerimuslimah.blogspot.co.id/2014/02/islam-di-thailand.html